15 Desember 2008

Ada Tuhan di Ujung Anak Tangga

barangkali kita bagian dari anak tangga
yang kemudian dilupakan

di setiap inchinya
ada jejak-jejak sepatu
terpagut

di setiap garisnya
ada sebilah tanya
yang sesiang menunggu resah

dan di ujung tangga itu
Tuhan titipkan harapan

Buitenzorg

13 Desember 2008

Gadis Gerimis

seorang gadis
duduk manis
menghitung gerimis

Buitenzorg

09 Desember 2008

Sandyakala

seperti rapak
diterbangkan angin
kemudian rekta

seperti juga rembaya
yang dicium ombak
terombang-ambing
di ujung sandyakala

pun seorang barya
basang basanta
di ujung rambutnya

itu cecaya
simpan dan cintai
laiknya danastri

ada elar
ditiup hening
bernyanyi seperti gangsir

Buitenzorg

Puisi Hujan

: untuk sajak Esha Tegar Putra 'Puisi Kecil'

riak-riak hujan menjelma puisi
di separuh langitku
mengingat pelangi
mengikat puisi

perlahan kabut cemberut
lalu duduk di bangku waktu

sambil menunggu Tuhan selesai warnai pelangi
menjereng kata
menjelma puisi
pada sisa hujan
yang riaknya bagai cauk

Buitenzorg

08 Desember 2008

PEMBUKAAN KONGRES & SIDANG PLENO

Rabu, 10 Desember 2008:

09.00–10.00 Registrasi Peserta Lobby Hotel Salak
10.00–10.05 Pembukaan oleh MC
10.05–10.10 Laporan Ketua Pelaksana Kongres Kebudayaan Indonesia 2008, oleh Dirjen NBSF, Bapak Drs. Tjetjep Suparman, M.Si

10.10-10.20 Sambutan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata,Ir. Jero Wacik,SE
10.20-10.35 Sambutan dan Arahan sekaligus Pembukaan Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,Ir.H.Aburizal Bakrie
10.35–11.00 -Pemberian Anugerah Kebudayaan
- Penandatangan MOU antara Menbudpar dengan 7 (tujuh) Perguruan Tinggi Negeri
- Pemberian Bantuan kepada Seniman Berprestasi
11.00–11.30 Rehat Kopi
Press Conference (11.00 – 12.00 )
Nara Sumber: Menko Kesra, Menbupar, Bpk. Mukhlis PaEni/Bu Edi Sedyawati/Bpk.Putu Wijaya Kinanti Room (Lt.2)

SIDANG PLENO I Istana Ballroom
11.30 – 12.00 Penjelasan pelaksanaan Kongres Kebudayaan oleh Ketua Panitia Pengarah, Bapak Dr. Mukhlis PaEni
12.00 – 13.00 Istirahat, Sholat & Makan Siang Fatmawati (Lt.1)Canari CafĂ© (Lt.1)
Binenhoff Restaurant (Lt. 1)
Poolside (Lt.1)
Note:
Pada saat berlangsungnya Kongres Kebudayaan Indonesia 2008, diselenggarakan Pentas Budaya untuk masyarakat di Plaza Balaikota Bogor


SIDANGKELOMPOK 1 ISTANA BALLROOM(Lt.2)“KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEBUDAYAAN”
Moderator: Eka Budianta
Pembicara
13.00 – 13.20 1. Prof. Dr. Mudji Sutrisno
13.20 – 13.40 2. Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji
13.40 – 14.00 3. Al Azhar
14.00 – 14.30 Diskusi /tanya jawab
14.30 – 14.45 Istirahat / Rehat kopi
14.45 – 15.05 4. Dr. Luluk Sumiarso
15.05 – 15.25 5. Dr. Philipus Tulle
15.25 - 15.45 6. Dr. Sutamat Aribowo
15.45 – 16.05 7. Dr. Yudi Latief
16.05 – 16.45 Diskusi /tanya jawab
SIDANG KELOMPOK 2 PAKUAN ROOM (Lt.1)“FILM/SENI MEDIA”
Moderator: Ratna Riantiarno
Pembicara:
13.00 – 13.20 1. Aswendo Atmowiloto
13.20 – 13.40 2. Jajang C. Noer
13.40 – 14.00 3. Johan Tjasmadi
14.00 – 14.30 Diskusi /tanya jawab
14.30 – 14.45 Istirahat / Rehat kopi
14.45 – 15.05 4. Laela S. Chudori
15.05 – 15.25 5. Titie Said
15.25 – 15.55 Diskusi /tanya jawab
SIDANG KELOMPOK 3GALUH ROOM(Lt.1)“SENI RUPA”

Moderator: H. Hardi
Pembicara
13:00 – 13:20 1. Dr. Agus Burhan
13:20 – 13:40 2. Asmudjo Jono Irianto
13:40 – 14:00 3. Oei Hong Djien
14:00 – 14:20 4. Suwarno Wisetrotomo
14:20 – 14:40 5. Dra. Iriatine Karnaya
14:40 – 15:10 Diskusi /tanya jawab
15:10 – 15:25 Istirahat / Rehat kopi
SIDANG KELOMPOK 4 PADJADJARAN 1(Lt.4)“IDENTITAS BUDAYA”
Moderator: Dr. Laretna T. Adishakti
Pembicara
13:00 – 13.20 1. Dr. Mukhlis PaEni
13.20 – 13.40 2. Prof. Dr. Sri Hastanto, S.Kar
13.40 – 14.00 3. Prof. Dr. Ayu Sutarto
14.00 – 14.30 Diskusi /tanya jawab
14.30 – 14.45 Istirahat / Rehat kopi
14.45 – 15.05 4. Dr. Ninuk Kleden
15.05 – 15.25 5. Prof. Dr. Sjafri Sairin
15.25 - 15.45 6. Dr. Stephanus Djuweng
15.45 – 16.05 7. Prof. Dr. Syarif Ibrahim Alqadrie, M.Sc
16.05 – 16.35 Diskusi /tanya jawab

16.30 -19.00 Istirahat
19.00 -21.00 Makan Malam Istana Ballroom

Sumber:Panitia Konggres Kebudayaan Indonesia 2008

KONGRES KEBUDAYAAN INDONESIA 2008

JADWAL ACARA

BOGOR, JAWA BARAT: 10 - 12 DESEMBER 2008

“Kebudayaan untuk Kemajuan dan Perdamaian menuju Kesejahteraan”

Selasa,9 Desember 2008 KEDATANGAN WAKTU KEGIATAN KETERANGAN KEDATANGAN& REGISTRASI
09:00 – 18.00 Kedatangan: Peserta,Pembicara,Exhibitor/Peserta Pameran,dan Media
09.00 – 16.00 Registrasi untuk Peserta, Pembicara, media & Exhibitor/Peserta Pameran Set up booth untuk pameran kebudayaan Hotel Salak
19.00 – 21.00 Makan Malam

Kota Bogor mendapatkan kehormatan menggelar hajatan budaya nasional bertajuk "Kebudayaan untuk Kemajuan dan Perdamaian Menuju Kesejahteraan". acara tersebut di gelar di salah satu hotel bersejarah di Kota Bogor, yakni Hotel Salak. di tempat dan di kota inilah, ratusan budayawan dari berbagai daerah berkumpul dan merumuskan satu pandangan mengenai kemajuan kebudayaan dan capaian yang ingin diraih.
semoga para budayawan ini tak salah dalam merumuskan budaya yang nantinya akan dijadikan pegangan bagi generasi penerus, amin.

Buitenzorg

04 Desember 2008

Kita Saling Kejar

: Pinto Anugrah

anak hujan berlarian di ujung waktu
bersembunyi di balik anak daun
keduanya saling sapa
dan saling kejar

anak hujan ngumpet
di balik pohon besar
anak daun ngintip
di sela hujan

sesaat terdengar auman petir
keduanya mendekap Tuhan

Buitenzorg

28 November 2008

Bayang Bulan Dalam Kolam

: Sutardji

jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor

kutemukan bayang bulan dalam kolam
sejumput kemudian hilang

ada anakanak bermain di kolam
dan bertanya
"kakak, dimana bulan yang kemarin?"
"ada di dalam kolam," jawabku

dan anakanak itu terdiam,
sebab bulan yang dicari, hilang
"kok cahayanya nggak ada?" katanya lagi
"coba menyelamlah!" suruhku

tanpa ragu, anakanak itu nyemplung.
tak ada kecipak
dan air susut.

di halaman muka surat kabar tertulis
ada anakanak nyemplung kolam karena mencari cahaya bulan dalam kolam
malamnya, warga desa menggelar zikir
aku pun terlibat dalam zikir itu
tanpa sadar bulan yang kucuri di dalam kolam memuncratkan cahaya
warga yang tahu langsung berteriak
ada pencuri bulan di zikir ini!
aku tersudut
dan cahaya bulan terserabut
zikir berhenti seketika.

Buitenzorg

26 November 2008

9 Pertanyaan untuk SCB, Presiden Penyair Indonesia


jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor

Senin, 24 November 2008, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri (SCB) berkesempatan hadir di acara La Sastra, salah satu acara pesta sastra pelajar yang diadakan SMAN 5 Bogor dengan peserta SMP-SMA se-Jabodetabek. Kedatangan SCB di La Sastra adalah untuk menjadi pembicara. Dalam kesempatan itu pula, SCB membacakan sekitar 10 puisi dihadapan ratusan pelajar dan sejumlah tamu undangan yang kebanyakan dari kalangan seniman Kota Bogor. Setelah SCB selesai sharing dan membacakan beberapa karya puisinya, saya berkesempatan mewawancarai SCB ketika dirinya hendak meninggalkan Kota Bogor. Berikut wawancara Dony P. Herwanto (DPH) dari Jurnal Bogor.

DPH: Menurut Anda, Kredo itu apa?
SCB: Kredo merupakan pernyataan mengenai suatu kepercayaan. Artinya, saya percaya pada apa yang telah saya ucapkan.
DPH: Kredo Anda adalah ‘Bebaskan kata dari maknanya’ apakah bagi Anda, kredo itu dapat dipertahankan hingga kapan-pun?
SCB: Selama aku percaya, maka kredo itu akan terus hidup. Jika tak dapat memertahankan kredo, maka dia (baca: kredo) akan mati begitu saja.
DPH: Apa yang melatar belakangi Anda menggunakan kredo itu?
SCB: Kata itu bukanlah alat penghantar bagi pengertian. Tapi kata adalah kata itu sendiri. Dia punya pengertian atas kata itu sendiri. Jika kata masih membutuhkan pengertian, maka selama itu pula kita tak bisa membebaskan kata dari pengertiannya.
DPH: Apa yang dapat Anda banggakan dari puisi-puisi yang lahir dari proses pembebasan kata dari maknanya?
SCB: Setiap Puisi yang saya cipta punya hak melakukan penafsiran sendiri. Tak seperti kebanyakan puisi saat ini yang masih banyak terbentur dengan masalah makna. Jika penyair masih seperti ini, maka dunia perpuisian Indonesia mandeg.
DPH: Terus apa yang mestinya dilakukan?
SCB: Bukan semestinya.
DPH: Terus bagaimana?
SCB: Biarkan kata hidup untuk kata itu.
DPH: Dari semua puisi yang telah Anda cipta, mana yang paling Anda sukai?
SCB: Tak ada. Karena ketika kita sudah jatuh cinta kepada satu puisi atau beberapa puisi, kita akan terjebak dengan apa yang dinamakan pembelengguan kreativitas.
DPH: Terus?
SCB: Cintailah puisi sebelum dia jadi atau cintai kata sebelum dia jadi kata. Intinya, cintailah sebelum dia jadi.
DPH: Kapan Anda akan berhenti menulis puisi
SCB: Ketika Tuhan mulai malas menuliskan kata untuk manusia.

Buitenzorg

24 November 2008

Adakah Yang Lebih Selain Kau


Raden Adjeng Ayu

kau bilang airmata
tapi kubilang mata air
kau bilang bila
tapi kubilang masih

adakah senja mengirimkan luka
saat duri mawar tergeletak di tepi
adakah yang lebih sunyi dari hati
adakah yang lebih luka dari mata
adakah yang lebih ia dari dia
adakah yang lebih
selain kau!

mawarmawar berserakan di tepi jalan
tapi durinya masih
kunangkunang di lembab malam
tapi pendarnya masih
kupukupu beterbangan ditepian senja
tapi bulunya masih

adakah yang lebih
selain kau!

Buitenzorg

20 November 2008

Dan Seperti Apa Doa


jepretan Harfin N

dan, adakah yang tahu
gerak rancak itu sebuah doa
bermunajat dan berhikmat?
dan gerak adalah awal kehidupan
seperti sebuah simbol
pasti ada juga tombol untuk membuka
dan doa,
seperti mantra yang tak kenal
pada siapa dia menghamba
"Tuhan, adakah gerakku untukmu?"

Buitenzorg

19 November 2008

Selalu Seperti Ini


jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor

selalu seperti ini.
di bawah langit yang sama
di cakrawala yang sama
pun setiap hari
mesin-mesin itu tiada lelah
memainkan perannya

dan waktu dan manusia
terus diburu bandul waktu yang tak pernah lupa berdentum
rentetan itu seperti kereta api yang saling antri di stasiun
berdengus, mengendus
kemudian menunggu peluit penjaga rel sebelum melanjutkan
ke negeri senja

selalu seperti ini.
dalam hujan pun dalam terik

Buitenzorg

17 November 2008

Percakapan Rahasia

mangkuk itu telah penuh darah
sore itu, seorang bocah tergeletak di pinggir sebuah jalan
yang selalu menghubungkan ke senja.
bocah itu terjaketi perih
di dekatnya ada kabel yang terhubung Israil
"kau siap?" tanya utusan Tuhan itu
"Sebentar ya Israil, aku lupa menaruh ponselku. sebab, aku menunggu ibu marah padaku," ucap bocah yang sore itu wajahnya tertilam senja

Buitenzorg

14 November 2008

Hasan Aspahani, Reinkarnasi Sapardi dan Sutardji

Ada Sapardi Djoko Damono (SDD) di diri penyair Batam Hasan Aspahani (HAH). Itu kesan kali pertama ketika membaca sajak berjudul Malam Membimbingku Menjabat Tanganmu, salah satu puisi yang ditempatkan diawal dari kumpulan puisi Lelaki yang Dicintai Bidadari, terbitan Bookerfly yang di dalamnya memuat 78 puisi karya HAH yang sengaja atau tak sengaja lupa menuliskan tahun dan tanggal pembuatan puisi-puisi itu.

SDD yang dikenal lewat kekuatan daya cipta kata dan kesadaran akan realita yang tinggi seakan melekat di setiap goresan tinta dan imaji yang dituangkan HAH. Sajak pembuka yang mengambarkan tentang proses pencarian akan-Nya sama percis dengan bunyi dan gaya bahasa serta penulisan sajak SDD berjudul Aku Ingin. Coba tengok gaya bahasa yang ditampilkan SDD dalam puisi berjudul Aku Ingin:

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

(Sapardi Djoko Damono, Aku Ingin)

Kemudian lihat karya HAH berjudul Malam Membimbingku Menjabat Tanganmu:
Aku ingin belajar pada malam
bagaimana membisikkan suara
yang lebih lirih daripada sepi

: malam mengajariku mengucapkan cinta
lewat mimpi-mimpimu
.
(Hasan Aspahani, Malam Membimbingku Menjabat Tanganmu, Lelaki yang Dicintai Bidadari)

Dua sajak itu mencoba mengisahkan tentang usaha atau upaya mencapai kesempurnaan. SDD lebih kepada kesempurnaan cinta dan HAH mengejar kesempurnaan tentang kesunyian. Tapi inti dari pencapaian itu sama, yakni mencari yang sempurna. Meski kedua penyair ini berbeda generasi, namun untuk urusan daya imaji SDD dan HAH patut disejajarkan. Paling tidak untuk kini.

Kekuatan daya cipta HAH berangkat dari kemampuannya membuat komik strip sejak kecil. Ketika membaca beberapa puisi HAH, baik itu di blogspot, antologi puisi Orgasmaya, Telimpuh dan Lelaki yang Dicintai Bidadari seolah kita sedang membaca satu cerita bergambar yang amat menarik.

Buktinya, dalam setiap kata yang dia susun menjadi kalimat tak luput dari kehidupan nyata. Kesadaran HAH akan ruang dan waktu, membantunya mencipta satu karya yang fantastis. Keberanian HAH mengolah kata merupakan hasil reka ulang dari proses membaca karya sastra asing. Artinya, referensi yang diperoleh bukan saja lewat pemaknaan realita melainkan pemaknaan bahasa. Yang dalam hal ini dia dapatkan dari beberapa buku kumpulan puisi karya penyair Amerika dan Eropa, khususnya Spanyol.

Selain ada SDD dalam diri HAH, kredo sang presiden penyair Sutardji Calzoum Bachri (SCB) pun dia bawa dalam tas berisi jutaan kata-kata yang siap ditata apik menjadi satu tumpukan kalimat. ’Bebaskan kata dari maknanya’, satu kredo dari SCB rupanya menguntit di setiap lekuk sajaknya.

Inilah sajak yang dimaksud itu:

AKU mau jadi sebuah huruf,
sebuah konsonan yang hidup,
menyelinap di antara abjadmu
.
(HAH, Menyelinap di Antara Abjadmu, Lelaki yang Dicintai Bidadari)

Dari sajak di atas, HAH berhasil melepaskan diri dari makna yang sederhana. Permainan kata dan makna tampak jelas. Anehnya, HAH tak terjebak dengan pola itu. Di negeri ini, tak banyak penyair yang berani mengubah struktur pakem. Meski tampak sederhana, HAH mampu menghadirkan sesuatu yang luar biasa.

Seperti kredo puisi yang diucapkan SCB, demikian bunyinya:

Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.


Rupanya, HAH paham betul akan makna bebas dan kata adalah pengertian itu sendiri. HAH benar-benar unik, dia lahir di zaman yang tepat. Zaman dimana semua orang masih memercayai kata sebagai pengantar.

Meski dia bukan Sapardi Djoko Damono, bukan pula Sutardji Calzoum Bachri, tapi HAH berhasil menghidupkan karakter mereka di alam imaji. HAH dengan bebas memungut setiap kata yang memang sudah lama dia simpan di alam pikirnya, dan ketika kata itu dibutuhkan, maka kapan saja HAH dengan mudah memungutnya, seperti pemulung.

Satu hal yang perlu digaris bawahi, yakni kumpulan puisi Lelaki yang Dicintai Bidadari sangat nikmat dibaca sambil minum kopi di sore hari dan sesekali mendengarkan cericit burung dan desau angin, dan sesekali pula memejamkan mata serta menguatkan indera pendengaran untuk mendengarkan bebisik kata yang disampaikan kata kepada angin yang menjadikannya senja.

Buitenzorg

13 November 2008

Hujan 2

telah datang sunyi
di separuh senjaku
menelisik lewat aortaku
mendedah dalam pagiku

sejak dia menyukai hujan
dan hujan berikan cericiknya
pelangi tak lagi dilihat
hanya derai tawa dan sedikit tangis
di pagi beningku

Buitenzorg

12 November 2008

Di Lewat Malam



jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor

lihat pada sang waktu
bandul atau pendulum yang berderak?
di antara barat dan timur
sungguh sama
seperti belahan bulan
ada sisi-sisi yang lupa terkelupas

datang malam pada pagi bening
mengintip lewat celah kebimbangan
malam meninggalkan secarik kertas di meja senja
"aku titipkan mata ini padamu. jaga dia baik-baik"

Buitenzorg

09 November 2008

Tunggulah Burung Menyulam Rumah

: untuk bukit-bukit di Bandung

bukit-bukit meringis
rakyat menangis
tanah berubah beton
pohon berubah gedung
mata air berganti airmata
tanah air berganti airmata
tanah bergetar hati bergetar
mata belalak air terkuak
entah bumi yang mana
entah tanah yang mana
semua berubah
seperti musim
sesuka hati
bagai burung kehilangan sangkar
manusia pun kehilangan akal
tak ada yang tahu nasib bukit itu
tak ada yang tahu nasib tanah itu
semua telah berubah
dan tunggulah burung menyulam rumah

Bandung

Diburu Mimpi

pagi itu,
ragu berkejaran dengan rindu
di selasar ruang tidurku
ketika mata terpejam

ragu masuk lewat celah mimpi
rindu menerjang lewat imaji
keduanya bertemu di hati

berkata hati kepada ragu
yang terengah-engah meloloskan diri dari mimpi
"hendak kemana engkau ragu"
"aku hendak bertemu mimpi," ucap ragu lirih
"bukankah mimpi telah bersamamu," jawab hati
ragu diam dan duduk di sudut hati

ketika rindu menghampiri, hati berkata
"kenapa kau tersenyum"
"karena aku telah menemukanmu," jawab rindu
"adakah hubungannya denganku?" tanya hati
"karena semua yang aku kejar ada padamu," jelas rindu
dan seketika tersenyum puas menyaksikan ragu tersudut di ruang hati.

Bandung

Pada Bukit

pada bukit itu
Tuhan sembunyikan rahasia
dan dibalik rahasia
Tuhan sembunyikan keindahan

Bandung

04 November 2008

Dalam Rindu

pada mulanya rindu
kemudian tumpukan ragu
dan di bale itu
dulu aku pernah ada,
sama ketika aku datang lagi

perjalanan itu seperti
senja merindu
ketika sua
selesai semua

Bogor-Solo

23 Oktober 2008

Batu Kuya dan Kisah Pajajaran Anyar

Batu Kuya (Kura-kura) hilang dari tempatnya. hampir semua media baik cetak maupun elektronik di Bogor menjadikan berita itu sebagai head line di medianya, tak terkecuali media di mana saya bekerja, yakni Jurnal Bogor. sudah hampir sebulan ini, media di Bogor menjadikan Batu Kuya sebagai ladang mengeruk oplah, maklum, Batu Kuya yang konon katanya peninggalan kerajaan Tarumanegara dengan berat 50 ton dibeli taipan Korea seharga Rp 40 miliar. harga yang fantastis untuk sebuah batu yang kata warga sekitar batu bentukan alam, bukan sebagai peninggalan sejarah.
ketika pemindahan batu itu terhenti, dua media besar di Bogor, yakni Radar Bogor dan Jurnal Bogor ramai-ramai menggali lebih dalam asal muasal si Kuya. Jurnal Bogor yang lebih dikenal sebagai media yang mengangkat 'Jurnalisme Positif' tertarik untuk mengangkat berita dari sisi mistisnya. Radar Bogor tak mau ketinggalan langkah,
media milik Dahlan Iskan (Jawa Pos grup) ini tertarik untuk mengangkat masalah ada tidaknya sisi peninggalan sejarah.
terbit di hari yang sama, dua media ini seakan menunjukkan keperkasaannya di depan masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor yang ingin mengetahui kelanjutan kasus hilangnya Batu Kuya yang terindikasi ada permainan politik, sebab pengangkutan batu tersebut sangat rapih.
sisi mistik yang diangkat Jurnal Bogor sampai ke ranah prediksi mistis kondisi Ibu Kota. Kasepuhan Kujang Dua Aki Yaman yang berlokasi di Kampung Cipatat Kolot, Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Bogor Barat mengatakan bahwa Keberadaan Batu Kuya itu, merupakan bahasa siloka yang tak semua orang bisa membuka tabir rahasia bahasa ini. “Yang jelas, kepindahan Batu Kuya ke Jakarta itu punya dua makna. Makna pertama, Jakarta sudah tidak lagi dipertahankan sebagai pusat pemerintahan, dan harus dipindahkan ke Bogor, seiring dengan munculnya Pajajaran Anyar. Kedua, Batu Kuya itu memiliki arti berakhirnya para pemimpin yang bermental kuya, setelah timbul Pajajaran Anyar. Sebab, pada saat terjadi Pajajaran Anyar akan melahirkan pemimpin yang lebih berpihak dan membela masyarakat,” kata Aki Yaman.
Bagi warga Kampung Cisusuh, Desa Cileksa Kecamatan Sukajaya, keberadaan Batu Kuya itu layaknya batu alam biasa. Mereka tak pernah mengeramatkan batu yang lokasinya diapit oleh pemukiman dan lahan perkebunan milik warga. Di sekitar lokasi Batu Kuya ini warga suka mencuci barang kebutuhan rumahtangga.
Untuk menuju lokasi asal Batu Kuya itu bisa melalui jalur Jasinga. Dari lokasi Batu Kuya ke jalan Raya Jasinga berjarak sekitar 15 kilometer. Kondisinya agak sedikit datar, walaupun sebagian besar jalan di sana banyak yang rusak, dan berkelok-kelok, serta melintasi kawasan hutan penelitian Harus Bentes.
Bila menggunakan jalur jalan dari arah pusat kantor Kecamatan Sukajaya bisa mencapai 21 kilometer, dengan kondisi jalan rusak berat, dan curam, serta harus melintasi bekas perkebunan cengkih Pasir Madang.
sedangkan Radar Bogor hanya mengangkat berita sebatas ketidakterbuktiannya bahwa Batu Kuya adalah peninggalan sejarah.
dari sini, masyarakat Bogor dibuat resah, sebanarnya berita yang akurat itu yang mana?
fenomena Batu Kuya yang pengangkutannya dari Bogor ke Jakarta mendapat pengawalan empat mobil Patwal itu biarlah diam seperti simbol yang multitafsir.

Buitenzorg

Waktu I

aku sadar,
bahwa aku sedang menjadi manusia yang kelak meninggalkan bumi

Buitenzorg

Enam Pertanyaan dan Permintaan Untuk Tuhan

1/
Tuhan,
mengapa kau kirimkan malaikatmu untuk mencuri ontaku
apakah aku telah membuat gaduh istanaMU, hingga kau sembunyikan onta itu

2/
aku sadar Tuhan,
bahwa tubuh ini tak sempat rebah di surau
dan membolak-balik buku agungMU
tapi mengapa dengan cara ini?

3/
apakah onta itu akan kau tukar dengan seekor semut
agar tak berisik istanaMU
agar nyenyak tidurMU

4/
oh...ya
apakah ini ada dalam catatan harianmu Tuhan?

5/
aku punya permintaan Tuhan
sudikah Engkau buka catatan harianMU tentang manusia
untuk aku intip barang sejenak
agar aku tahu
kejadian apa yang akan menimpaku
esok

6/
Tuhan,
jika benar yang kau kirim itu malaikat
bolehkah aku minta alamatnya
agar aku dapat menyapa
dan ucapkan terimakasih

Buitenzorg

21 Oktober 2008

Hujan 1

aku melihat hujan seperti melihat kelambu
berkerawang, dan tentu mengisahkan yang di luar
aku juga melihat hujan menyapa daun
sebelum dia jatuh
tapi sayang, tanah keburu mendekap

Buitenzorg

Waiting for Godot

pesta demokrasi pemilihan Walikota-Wakil Walikota Bogor bak maha karya Samuel Becket berjudul Waiting for Godot (menunggu Godot). penonton, dalam hal ini masyarakat Kota Bogor harap-harap cemas dengan janji-janji yang ditawarkan semua pasangan Calon Walikota-Wakil Walikota (Cawalkot). hal itu sama halnya dengan apa yang dialami Vladimir dan Estragon yang menanti kedatangan Godot.
Godot yang tak kunjung datang menjadi simbol betapa janji-janji Cawalkot hanya bualan saja. 600 ribu warga kota Bogor sudah tak sabar melihat kotanya jauh dari kemacetan dan kekotoran. tapi rakyat tetaplah rakyat yang selalu diposisikan sebagai obyek regulasi pemerintah yang barangakali kurang mengerti permasalahan hingga ke akar rumput.
satu pemandangan yang sangat menarik adalah, ketika lima pasangan calon melakukan kampanye simpatik dengan door to door. gambaran ini memberi satu bukti bahwa untuk menjadi seorang pemimpin rakyat harus didekati, tapi ketika sudah duduk di 'kursi panas' enggan melihat penderitaan rakyat.
inilah yang membuat cerita pesta demokrasi masyarakat Kota Bogor sama dengan kisah Vladimir dan Estragon, dua tokoh rekaan Sameul Becket itu. dua tokoh itu sibuk dan bersilang pendapat tentang Godot. akankah Godot datang di saat yang tepat? siapa sebernanya Godot?

Buitenzorg

20 Oktober 2008

Kaukah yang Bernama Sunyi?

terdengar kecipak di ujung sana

Buitenzorg

Setelah Sumpah itu Terucap

kemarin aku bertemu Pram di sudut warung makan
lahap benar dia
aku beranikan diri menyapanya
"kau lapar pram?"
dia terus lahap, sampai benar perut itu buncit
tak juga lupa, aku sempatkan melihat dalam isi tasnya
tak kutemu bumi manusia yang biasa di baca
aku hanya melihat kata "PRIBUMI"
dalam hati resah dengan kata itu
siapa yang dimaksud PRIBUMI
satu tanah air, satu bahasa dan satu bangsa.
Pram tersenyum
lantas berkata, "kau bukan PRIBUMI!"

Buitenzorg

17 Oktober 2008

Perahu Batu

selangkah lagi, kau akan sampai di tikungan jalan
di mana semua ragu akan bertemu.
sejengkal lagi, senja akan tampakkan rautnya
berarti malam hampir tiba
sesudut lagi, kau akan temui diriku
yang di sudut ruang itu, kau juga akan temukan waktu
di atas perahu batu itu aku telah selipkan luka
saat debur ombak
saat tangis sunyi, dan
saat almanak tak kuasa mengelak, kita.
sekali lagi, tinggal selangkah
kau temukan perahu batu
yang kini diombang gelombang, maka tunggulah
di ujung pantai yang pasirnya mulai terkikis

Buitenzorg

16 Oktober 2008

Kisah Pilu

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya. Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata saya,"

Buitenzorg

14 Oktober 2008

Bulan Jalang

bulan lengang
di seberang jalan
dan yang jalang
hilang
ditelan bayang

Buitenzorg

12 Oktober 2008

Donat dan Pram


dan donat, dan Pram
sama nikmat saat lapar

donat dinanti perut
Pram dinanti juga perut
dua yang satu
terbagi dalam rasa
sesiang lapar
dan secuil donat untuk satu Pram
yang siang itu membaca Minke*

*Minke : Tokoh cerita dalam Roman berjudul Bumi Manusia, karya Pramudya Ananta Toer

Buitenzorg

dengan bahasaku, aku

: Surat Balasan Maria Wauran

pagi ini matahari terbit, nanti malam lihatlah! dia sudah tidak ada, tunggu maka dia besok muncul lagi...demikian pula bulan, dan bintang, dan begitu pulalah pohon, dan aku, kamu, kita.masa remajaku, menjadikan aku sekarang. setiap keputusan yang pernah kubuat, adalah sejarah dalam buku kehidupan. kadang membuatku senang, kadang membuatku sedih, tapi selalu membuatku belajar dan semakin kuat.aq sekarang, maria wauran, tidak seperti zoro, samurai, bukan juga seperti angin. di balik topeng itu aku, di setiap ayunan pedang itu juga aku, di setiap gerak kaki dan tubuhku, itulah aku. tetap maria wauran, bukan orang lain saat aku berada di atas loper, itulah aku juga yang sebenarnya. kau hanya melihatnya dari sisi diriku yang lain.

Surabaya, 2008 Oktober 9 11:28

07 Oktober 2008

Haiku, Puisi dan Senja

seorang gadis duduk memintal puisi
sedangkan di luar masih juga hujan
dan hanya selembar senja yang kupinta,
tak lebih

Buitenzorg

05 Oktober 2008

Sang Juara Dari Balik Topeng

: Maria Wauran

apakah kau lebih hebat dari Zoro?
apakah pedangmu setajam Samurai?
apakah gerakmu selincah Angin?

tajam mata itu mengingatkan aku akan gadis yang pernah singgah di rumah senjaku,
mengais rintik hujan, dan bermain pelangi.
gadis dengan rambut hitam sebahu dan kulit langsat itu kini telah tumbuh menjadi wanita matahari.
wanita yang akan melahirkan banyak anak-anak matahari.
di kokoh tangannya dan di balik topeng itu,
gadis yang ku kenal senang bermain senja itu telah berhasil meraih matahari di saku pedangnya.

jika kau masih berkenan singgah di rumah senjaku
akan aku suguh dengan cericit burung, langit emas, desau angin, batu karang, desir ombak dan sedikit rintik hujan.
karena lewat saungnya, kau dapati senja berganti peran. sudikah singgah barang sesaat di saung rumah senjaku?
dan ketika kelak kau singgah ke rumah, jangan bawa serta pedang dan topeng serta medali yang pernah kau banggakan. karena di rumah itu aku sudah siapkan kotak musik yang dulu pernah kau berikan padaku. ingatkah?
oh ya, lewat jendela rumah yang menghadap laut, kau dapat menyaksikan gemerlap bintang.
aku harap, kau sudi sarungkan pedang dan lepas topeng jika hendak berkunjung. karena aku ingin memagut senja di pelipis matamu.

Maria Wauran, Ambon, 16 Maret 1985, peraih medali emas PON XVII 2008 Samarinda untuk nomor Sabel Putri perorangan dan beregu.


Buitenzorg

19 September 2008

Kata, Sahabat Setia Puisi

jika kamu rindu menulis puisi
lihatlah tubuhku,
kau akan temukan samudra kata
yang tak pernah mengering

jika kau sudah temukan kata
sesekali cobalah menyelam di kedalamannya
kau akan temukan endapan makna
yang mungkin bisa kau unduh jadi puisi

tapi jika kau tak mau menyelaminya
kau tetap menemukan makna
tapi bukan makna dari kata itu
melainkan makna kebodohan

Buitenzorg

18 September 2008

Anjing, Kucing dan Puisi

seekor kucing berebut puisi dengan seekor anjing
di setengah senjaku
keduanya saling cakar dan gigit
di antara puisi
kucingku menerkam puisi
anjingku menyalak puisi
keduanya saling pandang
sebelum puisi diterbangkan angin.
kucing dan anjing saling melotot
dan puisi yang diterbangkan angin jatuh di antaranya

Buitenzorg

17 September 2008

Pedang Ampunan

angin genit mengetuk-ngetuk daun jendela
yang sedari tadi aku buka
untuk menyambut senja

malam yang lupa terbenam
membawa surau dalam diriku
Tuhan, aku mohon
turunkan sejuta pedang ampunan
di malam lailatul qadarmu
agar darah nadiku
agar pecah dosaku
agar lumat serapahku

hingga hatiku dapat malam seribu bulan

Buitenzorg

10 September 2008

Sabda Tuhan

demi langit yang mengamit
demi tanah entah
entah luka, laku entah
demi mata air, airmata
dan demi kurma yang menunggu puasa

siapa berani melawan siapa
saat Tuhan bersabda ENYAH

Buitenzorg

06 September 2008

Masih Sama Semuanya

dan semua harus seperti kemarin
langit mendung,
sesekali rintik hujan
desau angin
juga cericit burung

Buitenzorg

05 September 2008

Haiku, Hujan dan September

kotaku diserbu hujan
awal september
dan kau diam menunggu reda

Buitenzorg

Wanita Tua dan Payung Tua

tak ada yang mengenali kota ini selain dari curah hujannya
semua sudut kota, sama
semua bangunan yang menjulang, sama
semua orangnya, sama
tapi beda dengan hujannya.
"selamat datang di Kota Hujan. Kota dengan sejuta hujan, dan mungkin hanya hujan yang akan kau temui" begitu kata wanita paruh baya yang saban hari aku temui di sudut gedung tua dengan sebuah payung tuanya (mungkin usia payungnya sama dengan usia wanita itu)

Buitenzorg

28 Agustus 2008

Oleh-oleh Setelah Liburan

nah, ini senyum yang ku tunggu-tunggu.
ketika dikasih waktu untuk berlibur, aku dan sejumlah teman-teman kantor main paint ball di salah satu perumahan elit di Bogor.
dengan seragam loreng, senapan angin dan mask, aku laiknya seorang tim penyelamat
ternyata memang harus diakui, bahwa asal daerah menentukan segalanya. hehehehe (bukan maksud SARA) tapi jujur, sebanyak dua kali permainan, saya orang pertama dalam tim yang selalu kena tembak dulu.
dasar katroxs, heheheheh
tapi aku berjanji (kayak anggota pramuka aja) ketika ada waktu liburan lagi, dan teman-teman memilih bermain tembak-tembakan dengan cat air lagi, saya harus jadi orang yang membawa kemenangan. hehehe

Buitenzorg

Terusik Kuis HAH

Beberapa hari ini, saya begitu dikejutkan dengan dua pertanyaan yang diajukan Hasan Aspahani (HAH) dalam blognya (sejuta-puisi.blogspot.com) itu. dua pertanyaan yang sempat membuat dahi berkerut. dua pertanyaan tentang eksistensi Tuhan.

HAH begitu mahir bermain dengan imajinasi, sehingga eksistensi Tuhan mulai disuik. entah ada maksud apa, HAH mencoba mengajak para blogger di negeri ini memainkan imajinasinya (bagiku itu sangat menarik).

penyair Batam yang telah menerbitkan dua buku ini, seakan-akan memaksa alam bawah sadar kita untuk melampaui alam sadar. Tuhan digambarkan berwujud, dengan kondisi seperti manusia, punya perasaan, punya lelah dan punya rumah. padahal dalam salah satu hadist sahih, dikatakan bahwa Tuhan begitu dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dengan urat leher sekalipun.

HAH begitu jeli, sehingga dalam hal ini, imajinasi kita diajak untuk memikirkan dan membayangkan bahwa kita dan Tuhan punya hubungan yang spesial. artinya, Tuhan dan manusia adalah sama (dalam hal ini mengenai eksistensinya di alam).


kemahiran HAH memainkan imajinasi itu, membuat saya tertarik untuk mengikuti sayembara yang dia buat. begini kalimatnya. "apa yang akan kamu lakukan jika Tuhan menyuruhmu menjaga kantornya sehari saja," (itu garis besarnya).

sejenak kita berfikir bahwa Tuhan bisa juga meninggalkan singgasananya. cobaan untuk menghidupkan imajinasi ini muncul, ketika ada satu kalimat 'Tuhan akan pergi' jujur, saya sebagai manusia yang dalam proses pencarian eksistensi Tuhan ingin mencari tahu, kenapa Tuhan dapat pergi dari singgasananya.

kuis dari HAH itu saya terima sebagai proses pencarian dan proses kreativitas. sebab ada orang yang bilang dengan bermimpi kamu ada. dua kuis yang HAH sajikan seakan membuka satu pokok bahasan baru bahwa Tuhan pun bisa diimajinasikan.

atau barangkali, HAH sudah kehabisan kata untuk dirangkai menjadi susunan kalimat yang indah, tanpa meninggalkan estetika? hanya HAH yang tahu.

Buitenzorg

21 Agustus 2008

Dari Jeda, Dari Luka

aku menginginkanmu
seperti kamus yang saban hari tergeletak di depan cermin
tak seperti bandul waktu yang selalu menjadi penanda.
aku juga menginginkanmu,
laiknya rindu
di sela-sela pintu waktu yang diburu
semua pasti menginginkanmu
dari jeda, dari luka
dari batu, dari rindu
dari debu, dari lagu
dan pasti semua tak menginginkanmu
seperti lava yang tersemburat ke angkasa
hanya api dan tangis.
tapi aku memenginginkanmu, dan tak menginginkanmu

Buitenzorg

18 Agustus 2008

Bolehkah Aku Mengintip Surga di Ujung Neraka

telah aku berikan semua ciuman kepadamu
haruskah menundukku diiringi airmata?

maaf Tuhan, jika sejenak aku tak mampir di pekarangan surga
sebab, aku merasa tas kehidupanku belum penuh terisi

Tuhan, bolehkah aku mengintip surga di ujung neraka?
karena aku lupa menyimpan kunci surga yang telah Engkau berikan
ketika aku masih dalam perut ibu

Buitenzorg

Cerita Lalu

kau yang selalu tampak manis
selalu bermain dengan gerimis

ingatkah engkau, tentang waktu dan kita?

Buitenzorg

07 Agustus 2008

Tentang Nol

jika aku punya dua nyawa
akan aku berikan semuanya padamu

Buitenzorg

06 Agustus 2008

Blurred Out

kemudian hanya luka
yang bisa bersama,
duduk di teras senja
menanti gulita

Buitenzorg

04 Agustus 2008

Gull

(burung camar)

kau selalu terbang
membelah awan,
sejenak lupa diri sebenarnya

Buitenzorg

03 Agustus 2008

Dan Kemudian?

nasib, dosa, sesal
pernah kutulis
dalam lembaran waktu
yang tak pernah habis

Buitenzorg

30 Juli 2008

Saya Melihat Seakan Tak Ada Apa-apa di Matahari (Soneta 130)

By: William Shakespeare

saya melihat seakan tak ada apa-apa di matahari
bagai karang yang lebih merah dari bibir wanita.
ketika salju berwarna putih, mengapa dada ini menagih?
sedangkan nanah tumbuh subur di kepala.

di Damasked, saya mempunyai sepasang mawar, merah dan putih
tetapi tak seindah yang terlukis di pipi manis seorang gadis
dan saya lebih senang ketika mencium aroma rembulan di sana
berbeda dengan nafas nyonya besar, yang selalu busuk
oleh karena itu, saya mencintainya dan mendengarkan apa yang dia bicarakan.

lebih baik, saya mengenakan topi serta mendendangkan lagu-lagu cinta
sebab, itu lebih sunyi dan memuaskan.
dan tak sekalipun saya melihat bidadari pergi darinya

nyonya tua itu mendedahkan tapaknya di jalan-jalan menuju surga
saya berfikir, cinta itu hadir apa adanya, tanpa bisa diperbandingkan.

28 Juli 2008

Aku Bukan Milikmu

By: Sara Teasdale

aku bukan milikmu, hilang karenamu.
aku tak hilang, walaupun tak pernah ada.
hilang bagai lilin yang menyala di tengah hari
hilang bagai kepingan salju di laut.

kamu mencintaiku, dan aku menemukan-mu masih indah,
seperti roh yang mampu mengeluarkan pendar-pendar cahaya.
keberadaanku, lindap terlalu lama
bagai pijar hilang di antara cahaya.

oh… terlalu tinggi aku mencintaimu
menaruh dalam-dalam lubuk hatiku
yang menjadikanku tuli dan buta
menyapu prahara dari cinta-mu
meruncing di angin kesibukan.

26 Juli 2008

Senja di Sebelas Tahun Pernikahan

: HAH

telah aku bentangkan senja
di hamparan rumahmu
di mana ada sudut yang memagut rindu

pernah kau berkata, singgahlah!
dengan mesra dan sedikit gelengan kepala, aku jawab
'aku tak mau singgah, sebelum rumahku ada taman yang langsung menghadap cakrawala'

dengan dua malaikat kecil
dan seorang wanita pencatat setiap gerak lakumu
lengkap sudah semuanya.

kini, kau hanya punya satu tugas
menyelesaikan sajak terindah tanpa kau darah,

Buitenzorg

23 Juli 2008

Mimpi

by : William Blake

banyak sekali mimpi yang saya lakukan di atas peraduan,
di mana ada perjumpaan dengan malaikat yang mulai kehilangan jalannya,
serta nyanyian-nyanyian di atas rumput.

susah, kebuasan, sedih, kegelapan, kekacauan dan lebih banyak lagi percikan kekusutan,
semua telah menjadi pecahan.
saya mendengar apa yang dia katakan:

“Oh anak-anak, saya melakukan apa yang mereka teriakkan, mendengar apa yang mereka keluhkan tentang orangtua mereka,” sekarang, mereka menerawang satu negeri asing, sekarang mereka menangis untuk saya, sekembalinya dari perpisahan.

saya meneteskan airmata karena merasa kasihan. tetapi saya melihat badai besar mendekati mereka dan bertanya, penjaga malam, apa yang kau ratapi?,

kepulan asap dan sebait cahaya mengandaskan mimpinya, saat kumbang pergi dari hadapannya. Sekarang dia mengikuti derumannya yang menyisakan sedikit pengembaraan

“ini rumahmu pengembara malam,”

ini karya William Blake yang berjudul asli A dream, dan dengan lancang serta penuh kenekatan, saya mencoba mengalih bahasakannya dalam bahasa Indonesia. meski saya akui kemampuan berbahasa Inggris saya masih kacau balau. semoga ini menjadi satu awal bagi saya untuk terus belajar menguasai Bahasa Inggris.

Buitenzorg

21 Juli 2008

Halimun

ada yang kulupa dari senyum manismu, indah
satu guratan sajak, luka
teramat luka, perih
dan itu mungkin bagian dari, sunyi
halimun mulai berembun, pagi
dan aku tetap lupa, rindu

Buitenzorg

20 Juli 2008

Anak-Anak Waktu

dengar desau angin, sore itu
ada anak-anak debu berlarian bersama anak senja
mereka berebutan, saling kejar dan menangkap anak kupu-kupu

anak kupu-kupu masih terlalu lincah untuk ditangkap anak debu dan anak senja
anak kupu-kupu bersembunyi di balik daun jati
anak debu mencari di sela-sela angin, tak ketemu
anak senja menelusup di antara cakrawala, lindap

di antara daun jati itu, anak kupu-kupu bertemu anak jati
yang telah sekian waktu hanya berdiam.
"aku juga ingin bercanda seperti kalian,"

Buitenzorg

14 Juli 2008

Mampukah Sajakku Menapak Sajakmu















: HAH

1/
kau terus menapak sajak tanpa berlagak seperti gagak yang gagal berkoak

2/
malam itu, kau selipkan kalimat dalam saku imajiku
"yang penting cara ucap"
dan setelah itu, hanya Rolling Stones

3/
aku yang lupa membawa celanadalammu
terus berayun, antara burung dan ragu
katamu, puisi tak mati
katamu, puisi itu suci
lewat kata kau selipkan makna
lewat sapa, kau ajarkan bicara
"Semoga setelah ini, sajakmu mampu mewakili bibirmu,"

{Bogor, malam hari. ketika aku (kiri) dan Hasan Aspahani (kanan) mendiskusikan eksistensi atas sajak}

Buitenzorg

Puisiku Lapar

puisiku lapar
dia meraung, dia menggaung
di antara kata, di antara harta
dia lapar dan benar-benar lapar
tolong beri dia secuil kata
biar disusun menjadi barisan kalimat
beri juga dia bir
biar mabuk di antara bibir
puisiku lapar
dia mencari, dia menari
di antara titian tali, di antara dua hati
puisiku terus lapar
dia amat lapar
dan mungkin terus lapar

Buitenzorg

12 Juli 2008

Lebih Baik Dulu

dan aku akan berhenti mengejar gadis matahariku
sebab, di gugusan paling ujung
rambutnya tak lagi tergerai

Buitenzorg

08 Juli 2008

Daun-pun Berguguran

daun-daun berguguran di tepian waktu
mengantarkan rindu di sebait langit
purnama di tengah lengah
lupa mengabarkan pagi

sore itu,
ada awan merah mengarah marah
di ujung mata
ada gagak putih hendak menegak tegak
dan kau lupa
ada secebis luka di antara titian pagi

Buitenzorg

07 Juli 2008

Di Taman Surga

bibir senja
mencium bibir waktu
ada seorang bocah bermain di taman surga
dia terus bermain dengan riangnya, sayang
ketika hari mulai malam
ada malaikat langit berkata
"surga ini mau tutup, pulanglah, besok kembali lagi"
kemudian malaikat langit memberikan setangkai bunga
bocah itu pergi sambil berkata
"besok, bolehkah aku ke surga dengan teman dan keluargaku"

Buitenzorg

Kupu-Kupu Emas

: Astridefie Oktaviani

seperti kupu-kupu emas bermain dengan putik bunga emas
sayang, ada angin genit memburu kupu-kupu emas itu

ada kepak-kepak rindu
yang lupa berkehendak
kupu-kupu emas itu bertanya kepada sang penyair
"kau lihat sehelai bulu emasku yang diterbangkan angin?"
sambil terus berputar-putar di alam imajinasi, sang penyair-pun menjawab
"Tadi ada putik bunga emas yang jatuh di atas puisiku,"

kupu-kupu emas tersenyum,
lalu pergi dengan kepakan yang terhalus
sambil berkata
"jika kau lihat ada sehelai bulu emasku, tolong simpan dan rawatlah. suatu saat akan ada kupu-kupu emas meminta sehelai bulu emas itu padamu"

Buitenzorg

06 Juli 2008

Hai?

E. Supriatna

ku lihat lelaki muda
gontai di antara malam.
lalu, malu-malu menyapaku
HAI!

kemudian terdengar derak
suara bambu-bambu di tengah kota
malu-malu, lalu bertanya padaku
APA KABAR?

sinar bulan lindap
terdengar kepak kunang-kunang
lalu, malu-malu bertanya padaku
OH YA?

kepak-kepak kunang pun
hanya ilusi
dan wanita yang sedari tadi duduk di sebelahnya mengajak-ku
MARI DUDUK SINI,

lelaki muda itu tersenyum padaku
sambil menawarkan segelas bir
"Kau tampak lelah, mari minum bersama"

Buitenzorg

Terjebak

diriku selalu terjebak antara lalu dan kini
seperti angsa putih yang terbang ke barat
lalu singgah di suatu tempat

Buitenzorg

Sayang Ada Serangga Lain

gadis itu selalu memandangiku, sayang
aku belum sempat sebutkan namaku.
di tepian waktu
ada kupu-kupu emas
berkejaran bersama angin
putik daun melambai-lambai hendak menyapa kupu-kupu emas
sayang ada serangga lain yang jahat pada putik bunga,
diseruput itu sari bunga, dan ditinggalkan begitu saja, sayang
dan mungkin hanya sayang.
kupu-kupu emas kembali terbang di tepian waktu
berkejaran bersama angin.

Buitenzorg

01 Juli 2008

Haiku, Bulan, Rindu

seperti bulan
seperti itu juga rindu
semua berbisik
"kau seperti katak melompat dalam kolam kemudian terdengar kecipak"

Buitenzorg

30 Juni 2008

Lewat Apa

lewat apa aku harus mengenalmu?
kau sendiri seperti kabut tipis yang menghilangkan semua
di antara bayangan, kau selalu tak seperti bayangan
karena kau benar-benar ada

lewat apa aku harus mencintaimu?
lewat sekeranjang bunga
atau sejuta kata cinta?
karena bunga, sebagai tanda cinta
dan cinta sebagai tanda bunga.

lewat apa aku harus memilikimu?
karena memiliki berarti harus menjadi.
oleh sebab itu,
bolehkah aku lewat nadi untuk mengenalmu

Buitenzorg

28 Juni 2008

Kau Selalu Mulai

kau selalu mulai cerita ini dengan mata tertutup
dengan satu kata yang mulai menelusup
ke jiwa ke raga

kau selalu mulai pertemuan ini dengan mulut terkatup
dengan hati berdegup
detik satu samadengan detik rindu

kau selalu mulai pembicaraan ini dengan kalimat tanya
dengan sekian kata dan sekian makna
pagi yang bening? itu pertanyaanmu

Buitenzorg

23 Juni 2008

Layang-Layang atau Bendera

bendera itu terjatuh saat semua tak melihat, dan hanya aku yang sempat melirik ke belakang, barangkali hanya aku yang kembali. barisan di depanku pun tak menghiraukan. entah karena apa bendera itu terjatuh, tak ada angin, sore itu hanya sekelompok bocah lima tahun berlari-lari mengejar layang-layang yang terbang dan sempat nyangkut di bendera itu . bambu-bambu tinggi itu mencoba meraih layang-layang yang tersangkut di antara tiang dan bendera. layang-layang didapat, bendera pun jatuh melambai dan sekelompok anak kecil dengan sorak sorai berlari sambil membawa layang-layang di tangan. bendera yang terbang tertiup angin-pun telah diinjak-injak anak-anak yang berlarian sambil membawa layang-layang.

itulah gambaran cerita yang coba saya angkat dalam pementasan pantomime di Gedung Kemuning Gading, saat Festival Film Dokumenter. ide cerita diambil saat rasa nasionalisme ini dipertanyakan. masihkah anak-anak atau generasi penerus menghargai makna upacara bendera atau lebih menghargai satu layang-layang yang ketika didapat entah bisa kembali melayang-layang di angkasa.

Buitenzorg

21 Juni 2008

Nikmatilah Isi Rumahku, Sayang

aku sengaja buka pintu rumah ini lebar-lebar, agar kau bisa melihat isi dalam rumahku, lewat pintu yang terbuat dari kayu jati, kau akan berimajinasi tentang sebuah kota nan indah di ujung Pulau Jawa. setelah kau berhasil masuk rumahku, kau akan segera bertemu dengan sepasang patung laki-laki perempuan yang saling berhadapan. tak lupa aku juga sering menaruh bunga mawar merah dan putih, masing-masing satu pasang.
tapi kau jangan heran ketika di dalam rumahku tak ada kursi dan meja di ruang tamu, sebab aku ingin melihatkan kesederhanaan dan kebersahajaan. maaf jika kau tak biasa duduk di bawah. di keempat dinding rumahku, terpasang juga empat lukisan abstrak. ketika kau sudah lelah duduk di bawah, segelas teh hangat manis segera datang. sayang, aku sendiri yang mengantarkan teh itu. maklum belum ada satupun wanita yang mau dengan orang sepertiku.
setelah kau habiskan segelas teh manis itu, aku akan antarkan kau masuk lebih dalam lagi, di mana ada ruang yang memisahkan ruang tamu dengan ruang tengah. ruang itu kecil, tapi selalu ada dua buah kursi untuk berdiskusi tentang apapun, biasanya, aku sering habiskan waktu di sana, sambil melihat pergantian sore ke malam hari. tak inginkah kau coba?
maaf jika aku tak sempat mengajakmu keliling taman belakang rumahku, sebab aku harus pergi sebentar untuk melihat bulan penuh malam ini.

Buitenzorg

19 Juni 2008

Lelaki Tegap dengan Sejuta Kata di Celanadalamnya

: HAH
disaat yang lain sibuk memilih kata
kau malah asik bermain dengan kata
celanadalam kau jadikan kata
hujan kau jadikan kata
kabut kau jadikan kata
kata kau jadikan kata
tak ada kata yang lepas
tak ada makna yang culas
semua kau tangkap, lalu kau masukkan dalam celanadalammu

Buitenzorg

18 Juni 2008

Rindu Pada-MU

Telah Tuhan ciptakan manusia itu saling berpasangan
Dan Tuhan juga punya cita-cita untuk umatNya

Buitenzorg

15 Juni 2008

Menjemput Senja, Tanpa Bebayang

ada bebayang matahari di antara aku dan tepian pantai itu.
bebayang itu, rindu
aku juga berbayang
ada senja di tepian pantai yang memisahkan aku dengan rindu
apakah matahari ingin sejenak bernafas?
sebab, sebentar lagi,
malam
dan kemudian aku menggulung kail,
sebab sore itu tak satupun ikan
nyangkut di kailku,
hanya rindu, haiku.
apakah bebayang itu kau
gadis matahariku,
lihat ada dua bebayang di sana
yang satu aku dan satunya lagi matahari

Buitenzorg

14 Juni 2008

Ijinkan Aku

ijinkan aku mengejarmu
gadis matahariku,
dalam lelap, biarkan aku hinggap
dalam dekap, biarkan aku tangkap
dalam luap, biarkan aku ungkap

ijinkan aku mengejarmu

Buitenzorg

Api, Air, Udara, Tanah dan Cinta

tentang api,
apa itu api?
nyala yang memanas
atau panas yang menyala

tentang air
apa itu air?
cairan yang mengalir
atau aliran yang mencair

tentang udara
apa itu udara?
sesuatu yang tak berbentuk
atau bentuk yang tak memiliki sesuatu

tentang tanah
apa itu tanah?
tempat kita berpijak
atau pijakan yang menempati kita

tentang cinta
apa itu cinta?
rasa yang mendahului karsa
atau karsa yang dirasa

Buitenzorg

13 Juni 2008

Pertanyaan 1

kemarin, aku bertemu dengan seorang bocah lima tahun di sudut taman
dia bertanya padaku tentang kesetiaan
dan aku jawab
kesetiaan laiknya bumi mengitari matahari
bocah lima tahun itu senyum, lalu pergi dengan boneka kumalnya

Buitenzorg

12 Juni 2008

Darimana Datangnya Mereka

darimana datangnya cinta
dari mata turun ke hati
darimana datangnya rindu
dari jarak turun ke hati
darimana datangnya luka
dari hati turun ke rasa
darimana datangnya rasa
dari ujung turun ke dalam
darimana datangnya dalam
dari cinta...lalu berhenti ke cinta

Buitenzorg

08 Juni 2008

Di Mana Kau Sembunyikan Hatiku?

adakah dari kalian yang tahu di mana hatiku berada?
kemarin, ketika senja hendak pergi
aku taruh hatiku di atas tumpukan batu di sudut taman itu
"hatimu mungkin terbang dibawa angin,"
"hatimu barangkali pergi bersama mimpi,"
"hatimu kelihatannya bersembunyi di balik dinding,"
harus berapa kalikah aku mendengar kalimat-kalimat itu?
aku hanya bertanya pada kalian
di mana hatiku berada?

Buitenzorg

07 Juni 2008

Salju

tentang salju,
di mana letak putih dan dinginnya?
mata tak pernah salah melihat salju
putih dan dingin akhirnya jatuh juga ke bumi
apakah semua berada di atas?
(salju tak pernah bohong tentang putih dan dingin)
pada sekian siang, malam, pagi
salju tetap putih dan dingin,
tapi malam tak membuat putih dan dinginnnya berubah
tapi mata kitalah yang berubah
(salju tak pernah bohong tentang dirinya, hanya mata kita)

Buitenzorg

Tak Berbayang

dan aku kembali mengejarmu
gadis matahari
yang karenamu aku tak berbayang

Buitenzorg

06 Juni 2008

Seperti Kemarin

malam ini seperti kemarin
dan kemarinnya lagi
sunyi
tak ada suara jengkerik
tak ada rintik hujan
tak ada lagu Padi
tak ada pesta kecil
tak ada gadis matahari
tak ada senja
dan tak ada luka

dan biarkan semua seperti kemarin
dan kemarinnya lagi
sunyi...biarlah sunyi
tapi jangan kau temani sunyiku

Buitenzorg

Sial

ada seorang bocah tujuh tahun terduduk lesu
ketika mendapati ibunya hilang di antara gerombolan masa yang kocar-kacir, siang itu
bahkan sekelompok manusia mengatasnamakan Tuhan, berjubah putih, dan hanya mata yang diperlihatkan, sempat mengejar ibu bocah tujuh tahun itu,
sang bocah tambah menangis
ketika ibunya tertangkap sekelompok manusia berjubah putih
tak lupa mereka bertanya, "apakah kau muslim?"
ibu bocah tujuh tahun itu tak sempat menjawab, sesaat setelah sebuah tongkat bertuliskan asma Allah menghantam mukanya.
bocah tujuh tahun itu kian menangis, seolah tangisnya memberi tanda bahwa dia kehilangan ibunya.
jutaan manusia yang lalu-lalang di depan bocah tujuh tahun itu seakan tak mendengar tangisnya.
dan tangisnya kian memekakkan telinga di saat ribuan manusia berjubah yang tak lupa meneriakkan Allahu Akbar mengejar manusia yang lain.
bocah tujuh tahun itu hanya sempat membawa lari boneka kumalnya itu bersembunyi di balik rerimbunan pohon di tengah IbuKota dan berharap sang ibu datang membawa segelas ice cream.

Buitenzorg

29 Mei 2008

Dan Akhirnya

akhirnya sampai juga aku di puncak Halimun.
sejauh mata memandang, hamparan hijau, dan langit membentang luas.
aku seperti seekor anak elang, tenang menunggu anak ayam terpisah dari induknya.
awan-awan itu hanya biru, dan angin yang bertiup menambah dingin.
di sana, di puncak Halimun, kabut tipis turun perlahan
aku hanya sempat melipat kalimat jadi puisi,
suatu saat aku akan mengajak gadis matahariku duduk termangu, dan mematuk-matuk puisi, sambil berkata, "lihat, ada anak ayam menakur puisi,"
ketika awan tak sempat melompat dari barisan utama, aku melihat ada sekelompok burung putih milik penyair seberang turut dalam rombongan awan yang terus bergerak ke barat.
aku hanya sempat berkata, "hati-hati, jika bertemu gadis matahariku, tolong sampaikan bahwa aku menunggu di puncak Halimun,"
tapi kenapa di antara ribuan pohon, hanya ada satu pohon kering berdiri hampir tumbang dekat tumpukan batu, apakah pohon kering itu mati? tanyaku sesaat sebelum segerombolan awan turunkan rintikan hujan.

Buitenzorg

28 Mei 2008

Pohon Itu

gadis matahariku duduk manis di bawah pohon manggis
dengan sabar dia menunggu satu persatu daun-daun berguguran.
tak lupa, Tuhan pun kirimkan rindu
sesaat adzan magrib berkumandang
dan gadis matahariku tetap tenang,
seolah dia yakin, bahwa aku akan datang hari itu
maaf, aku lupa katakan bahwa di kotaku
hujan turun amat deras
hingga alis mataku layu.

Buitenzorg

Seharusnya

seharusnya, kau mengingatkan aku tentang pagi bening,
tentang ilusi yang bergelayutan diambang rindu
sebab mata belum benar terbuka
kini telah hadir sekian matahari dalam sekian pagi beningku
tak cukup satu, bahkan ratusan matahari mencoba mengusik-ku
seharusnya, kau mengingatkan aku tentang kesetiaan,
yang kini telah lindap bersama sekian cahaya
seharusnya, kau mengingatkan aku tentang cinta,
tentang harapan yang tak putus

Buitenzorg

25 Mei 2008

Sekedar Berkabar

apresiasi sastra,
kembali saya diberi kesempatan oleh teman-teman seniman Bogor untuk membacakan satu puisi dalam acara Puncak Kebangkitan Sastra, yang digelar di Gedung Kemuning Gading ,Bogor.
seperti biasa, saya datang sendiri. bermaksud untuk meliput satu aktivitas langka di Bogor, berkaitan dengan seabad kebangkitan nasional. dalam acara ini turut hadir redaktur oase budaya Jurnal Nasional Arie MP. Tamba, PDS-HB. Jassin Endo Senggono dan dosen fakultas sastra, Universitas Pakuan Bogor Drs. Dadan Suwarna. yang kebetulan dalam acara tersebut, juga digelar
event seminar sastra dan diskusi interaktif dengan mengangkat tema Bangkit Sastra Indonesia, Bangkit Pendidikan Kita. satu kehormatan bagi saya dapat membacakan satu puisi yang amat menghentak.
tapi dalam hati berkata, ironi, ketika sastra mencoba dihadirkan dalam wilayah publik atau umum, respon masyarakat terhadap sastra amatlah minim, entah salah siapa (saya tak ingin menyalahkan) yang penting bagi saya, sastra itu cantik, seperti gadis matahariku ketika ia sibuk mencari tempat pesta kecil yang aku buat.

saya ucapkan terimakasih buat teman-teman komunitas teater Bogor, Kata Sapu, Komunitas Sastra Jalanan dan Ikatan Penyanyi Jalanan, tanpa kalian, barangkali panggung itu tak bisa aku injak.

Buitenzorg

19 Mei 2008

Aku Pernah Bermimpi

aku pernah bermimpi untuk melukis langit
tapi warnanya hijau,
tapi guru keseniannku waktu SD dulu selalu melarang dan berkata
bahwa langit itu warnanya biru, dan setelah itu aku disuruh berdiri di depan kelas, hingga jam pelajaran selesai.
dan aku semakin yakin, jika langit punya warna sendiri selain biru, karena biru hanya pembawaan,
seperti kita.

Buitenzorg

Peta, Laki-laki Bertato dan Ibu Muda

gadis matahariku. datanglah ke pesta kecilku
di ujung gang itu, ada belokan ke kanan
ada rumah berwarna merah, dengan pagar bercat putih dan di depan rumah ada pohon mangga
yang tak lupa menggantungkan buahnya ke pinggir jalan.
tapi itu bukan tempat pesta kecilku,
di sebelah rumah itu, ada satu jalan setapak di sebelah kirinya, masuklah, tapi jangan berisik.
sebab banyak anak kecil yang sedang menyusu pada tetek sang ibu,
setiap kamu berjumpa dengan ibu-ibu muda itu, sapalah ia, siapa tahu ia akan bercerita tentang cinta.
tak lupa, biasanya ada tiga laki-laki berewok dengan tato macan di lengan kanan dan tato cacing di lengan kiri agak ke bawah. tapi tiga orang itu tak seperti yang kau kira, mereka amat baik, dan lewat merekalah kau akan menemukan tempat pesta kecilku.
mereka dengan senang hati akan mengantarmu sampai tempat tujuan.
jika kau melihat ada kepulan asap dan bau daging terbakar, belok dan masuklah. barangkali itu tempat pesta yang aku siapkan.
tapi di tempat pesta kecilku tak ada bunga atau bir yang biasa kau minum dan sebungkus rokok kesukaanmu, tapi aku yakin, kau selalu tak lupa membawa tas ransel hitam yang didalamnya berisi sebotol bir, sebungkus rokok dan selembar kertas kosong. aku yakin itu
oleh sebab itu, aku hanya siapkan lilin, meja kosong, tempat panggang dan dua gelas kosong yang rindu air.
jika tak salah, dalam tas ransel hitammu itu, kau selalu membawa peta, sekedar untuk penunjuk jalan. aku hanya mengingatkan padamu gadis matahariku, jika dalam waktu dua kali duapuluh empat jam kau tak juga menemukan tempat pesta kecilku, buka peta dan tampar ketiga laki-laki bertato itu,

Buitenzorg

17 Mei 2008

Kepada Penyair Seberang

: Y. Thendra BP

aku ucapkan selamat pada tangisan pertamamu, teman
maaf jika tak sempat membuatkan pesta dan secuil kue kesukaanmu
tapi kopi arang di stasiun Tugu sudah cukup bagiku mengenalmu, tapi sayang burung putih
yang terbang tengah malam itu lupa memungut satu bintang untuk ku bagikan padamu
tapi tak apa, teman-teman yang lain bersama-sama meniup lilin di kamar sambil berdoa
"semoga kau lekas diberi momongan,"
oh ya, lewat tengah malam nanti, aku kirimkan satu ucapan selamat
agar kau baca saat di taman bersama gadis pujaan.
tapi aku lupa memberi judul yang tepat,
maaf jika tak sempat meniup lilin saat menipisnya usiamu.

Buitenzorg

Aku Mencarimu

aku lupa katakan padamu tentang waktu yang terus mengejarku dan diriku yang lain. awan yang terus masuk dalam kotak mainanku itu bertanya "kapan dia akan datang dengan sekeranjang bunga?".
dan aku hanya diam di sudut ruangan, sambil terus memain-mainkan kata untuk kususun jadi selembar puisi.
lalau tak lupa sekelebat luka menghampiri telingaku dan tertawa, kemudian berbisik "cepat kau jemput dia, kalau tak sekarang kapan lagi,".
dan kembali aku hanya diam sambil terus memutar-mutar kata. di tempat lain ada angin yang mencoba mengusik heningku, seraya berkata "itu adalah wanita mataharimu, cepat tangkap sinarnya sebelum menyentuh tanah,"
dan aku hanya memberi kerdipku.

di tempat terpisah, gadis matahariku terdiam dengan sebuah buku yang sudah satu tahun belum tuntas dibaca. dan lewat nadi aku berdoa, semoga wanita matahariku cepat kembali.
dan kamar ini kembali sunyi, seperti semula.

Buitenzorg

15 Mei 2008

GadisMatahari

kau gadis matahariku
aku lupa di mana kau simpan celana dan jaket kumalku
sebab, ibu sudah menunggu di rumah, untuk menjahit celana dan mencuci jaketku

Buitenzorg

04 Mei 2008

Gadis, Rindu, Luka

tak ada rindu membatu
tak ada luka menganga
seloroh ingin dan cinta
menyatu dalam se-iya se-kata
aku luka dan laku
kau siapa?

Buitenzorg

03 Mei 2008

Salju Rindu Anjani

Malam. Kata ini sangat tepat kusematkan padamu, ketika semua kenangan dan luka itu terus kau bawa dalam tas ransel hitam-mu, yang katamu tak ada duanya di dunia ini. Tapi tidak buatku. Dalam labirin dan lorong, kau selalu teriak tentang wanita yang rindu belaian.
Dia selalu pergi, dan berteriak "enyah" setelah itu hanya jejak sepatumu yang aku pungut dari tanah. Dan setelah itu aku simpan di dalam tas mainanku.
Ketika umurku menginjak menginjak 20 tahun, jejak sepatumu masih aku simpan, tak ada cacat atau retak sedikitpun, yang ada malah wajahmu muncul di sela-sela rindu
Benarkah kau Salju Rindu Anjani yang aku kenal dulu, seorang wanita dengan segelas bir dan sebatang rokok. S.R Anjani, begitu banyak orang mengenalmu, dan hanya aku yang beruntung, pernah singgah dalam cerita-cerita yang kau buat.

Buitenzorg

Itukah Cinta?

bulan penuh
bulan separuh
hati luluh
mata teduh

Buitenzorg

01 Mei 2008

Emas, Bocah, Luka

pagi ini burung-burung berkicau riang
riak air terdengar lamat
dan angin manja mengelus muka
terlihat awan berderak
ada seorang bocah tujuh tahun
memukul tanah
ada cahaya keluar dari dalam tanah
"ah barangkali itu emas yang ayah ibu cari," ujarnya
setelah kedua tangan berdarah, cahaya itu belum juga hilang
tinggal cucuran keringat yang membasahi luka di tangannya.
"ah barangkali benar kata ayah dan ibu tentang emas yang tak mungkin ketemu itu," ucapnya lirih

Buitenzorg

29 April 2008

berkabar lewat SMS

Berkirim kabar dengan seorang penyair Dani Fuadillah Solo-Jawa Tengah


Dani Fuadillah
27 April 2008-21.50
piano dihati dijemari...tuan ini laki-laki
nadanya di nadi
hati jangan mati

Dony P. Herwanto
27 April 2008-21.55
nada dihati bernyanyi sunyi
siapa bilang laki-laki tak punya hati
bukankah tuan seorang penyair
aku tak sanggup selesaikan ini lagu tuan

Dani Fuadillah
27 April 2008-22.00
tak perlu selesai itu lagu
ada banyak syair di langit meski tak biru
aku percaya itu lagu rindu

Dony P. Herwanto
27 April 2008-22.05
tuan seorang penyair, tentu pandai membuat puisi rindu
maukah tuan ajari aku membuat puisi dihati dan dijemari?

Dani Fuadillah
27 April 2008-22.06
rindu, puisi, penyair
yang mengajari juga hati dan jemari
dan aku menari

Dony P. Herwanto
27 April 2008-22.10
maukah tuan ajari aku menari di atas puisi
sebab aku hanya menari di antara puisi
..dan setelah ini aku mati

Dani Fuadillah
27 April 2008-22.14
menari, puisi dan bermimpi
kata orang hidup sekali setelah itu mati
aku tak mau bermimpi mati
hanya menikmati

Dony P. Herwanto
27 April 2008-22.20
mimpi dan mati itu suci
apalagi bermimpi untuk mati suci
tuan ini hebat, mampu mengukir puisi di atas mimpi

Dani Fuadillah
27 April 2008-22.25
suci hanya Tuhan miliki
aku hanya menapaki
menjadi manusia sejati
berjalan mendekati
semoga diperkenankan ini do'a suci
Wa Allahi

Buitenzorg-Solo

chairil 28

tiba saatnya aku pergi
aku tinggalkan puisi ini untukmu
kenang-kenanglah aku
dari Karawang hingga Bekasi
sebab aku adalah binatang jalang dari kumpulan yang terbuang
esok pasti kita berjumpa
di tempat dan suasana yang sama
entah di surga atau neraka atau di antara keduanya
jangan kau teteskan airmata
jangan kau taburi bunga makamku
sebab percuma kau lakukan itu semua
toh aku hanya seorang bohemian
yang selalu berkata "aku ingin hidup seribu tahun lagi"

Buitenzorg

27 April 2008

chairil 27

besok aku akan pergi
aku telah siapkan kain putih, bunga mawar, melati dan daun pandan.
tak lupa aku selipkan satu puisi untuk kalian baca nanti
tapi aku lupa memberi judul yang tepat
oh ya, aku sertakan juga bintang, bulan, matahari, kicau burung, nyanyian jengkerik
aku titipkan satu rindu ini untuk mu
nanti ketika kalian memperingati hari ku
kalian akan membutuhkannya
besok adalah waktu yang tepat untuk meninggalkan semua cerita ini
"aku lelah, aku melihat ada malaikat sedang turun ke bumi, apa dia menjemputku?" ucap chairil

Buitenzorg

chairil 26

sejuta kata tak lupa
sejuta rindu tak ragu
sejuta luka tak menganga
kau pergi
dengan sejuta puisi

Buitenzorg

chairil 25

bunga-bunga berguguran di taman itu
seorang bocah kecil memungutnya satu persatu
angin berhembus lirih
rambut kumalnya berderai
di sudut taman ini
seorang lelaki kurus menulis puisi
dengan penuh air mata ia pergi
dan bocah kecil itu menemukan selembar kertas
yang di dalamnya ada satu kalimat
"aku ingin pergi ke bulan, kamu mau ikut tidak?"

Buitenzorg

23 April 2008

chairil 24

"selamat ulang tahun teman," kata chairil

Buitenzorg

chairil 23

maaf, aku sedang menyiapkan pesta besar
untuk seorang sahabat
dengan kembang api, lagu Padi, dan seuntai hati
tak lupa aku akan buatkan dia sebuah puisi cinta
maaf, aku tak ada di rumah
karena kesibukanku mencari tempat yang pas
untuk pesta temanku itu
"jangan ikut," bentak chairil

Buitenzorg

chairil 22

aku terluka
aku terlupa

Buitenzorg

21 April 2008

chairil 21

"aku pulang dulu," kata Kartini
di pojok ruangan chairil diam
dan tetap menulis puisi
"tujuh hari lagi aku akan menyusulmu," ucap chairil pada bayangan Kartini

Buitenzorg

20 April 2008

chairil 20

dia diam,
dia berdiri
nyalakan sebatang rokok
...dan tidur berbantal puisi
bermimpi untuk hidup seribu tahun lagi

Buitenzorg

19 April 2008

chairil 19

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

di ujung lop pistol itu satu nyawa tertawa
"ayo segera tembak kalau berani," ucap nyawa pada lop pistol
di tempat lain, Horta tertembak
"itu bukti kalau aku berani," tegasnya.

Buitenzorg

chairil 18

chairil duduk manis di bawah pohon manggis
ada seorang gadis menangis
dan chairil terus mengiris, memilin puisi
dan gadis itu masih menangis
"apa yang kau tangiskan gadis?" bisik chairil setelah selesai menulis puisi

chairil 17

aku lupa pintu ini menghadap ke mana
sesaat setelah senja mengantarkan cahayanya

"bukankah pintunya menghadap ke barat!," ucapmu

Buitenzorg

16 April 2008

chairil 16

angin yang bertiup lamat
membuat pelupaan akan penyair ini tak tertahankan
pergi kau dari pikiranku. dan tinggalkan secebis puisi di cangkirku


Buitenzorg

15 April 2008

chairil 15

maafkan aku penyair
karena sajak "Aku"
telah kulupa urutannya
malam itu

Buitenzorg

14 April 2008

chairil 14

April malam
kota-ku hujan
di luar sepi
sunyi di dalam hati

Buitenzorg

13 April 2008

chairil 13

sajak ini sebenarnya tak ingin aku tulis
sebab, bertepatan dengan angka sial

aku tak percaya jika ingin dibaca

Buitenzorg

chairil 12

lelaki itu pergi setelah meninggalkan sebuah surat
dan gadis itu pun kembali tidur
"ah lebih baik aku juga ikut kalian"

Buitenzorg

11 April 2008

Seperti Mimpi 1

foto by: Safrina Ayu Trisnawati

lelaki yang sekarang berani berkata AKU PASTI BISA, kini tersenyum lepas
saat kakinya menginjak rumput terbaik negeri ini
aku akan terus bermimpi, karena bermimpi itu tak ada yang melarang
"beruntunglah kita yang masih punya mimpi," kata seorang teman

Buitenzorg

chairil 11

aku lupa tuk bilang
rokokmu masih ada padaku, sebatang

Buitenzorg

chairil 10

dan aku semakin tak perduli
untuk mengingatmu
tapi di luar sana
namamu terus dipuja.
"lebih baik kau diam, dan tidur tenang," ucap chairil, kemudian menghisap rokoknya

Buitenzorg

09 April 2008

chairil 9

aku semakin terbiasa dengan sajakmu
padahal dulu aku tak mengagumimu
aku kagum sajak "Aku"
Dan aku akan lebih tidak perduli

Buitenzorg

chairil 8

Aku mau hidup seribu tahun lagi

tapi kenapa kau mati muda
apa kau tak rindu mirat mudamu?
"aku jelas rindu, dan rindu dengan jelas," ujar chairil

Buitenzorg

07 April 2008

Sampai juga Aku


akhirnya sampai juga aku di Ibukota
setelah sekian lama hanya lewat mimpi

akhirnya sampai juga aku menginjakkan
kakiku di rumput Gelora Senayan Bung Karno

tampaknya dua gedung itu tertawa padaku
"wah ada orang desa nyasar di kota besar ini"
ujar satu gedung pada gedung yang lain.



foto by Safrina Ayu Trisnawati

chairil 7

apa kau suka dengan angka tujuh?
satu angka penuh misteri itu
aku sematkan padamu
di hari ke tujuh menjelang kematianmu
aku masih punya 21 hari lagi
untuk mengagungkan kepenyairanmu

Buitenzorg

chairil 6

aku mulai terbiasa menyebut nama mu penyair besar
dengan segudang rindu
langit tak biru
dengan sejuta resah
darah lupa mendedah

kau selalu bawakan aku sebatang rokok
yang tak mungkin ku hisap

maaf.

Buitenzorg

05 April 2008

chairil 5

kalau sampai waktu-ku
tak seorangkan merayu

sampai saat ini waktuku habis
untuk merayu seorang gadis
habis gadis
gadis habis

aku entah

Buitenzorg

chairil 4

kau lupa tak menyapa mirat muda-mu
dalam peluk
dalam suluk
apa kau terlalu asik masyuk dengan Jassin?
"tak itu yang ada dalam otak-ku, yang ada adalah bagaimana 70 sajak-ku dikenang," tukas chairil

Buitenzorg

03 April 2008

chairil 3

hidup adalah menunda kekalahan

tanpa hidup berarti kita tak pernah kalah
jika kita kalah, berarti kita tak pernah hidup
"aku lupa menulis, seharusnya hidup juga menunda kemenangan," bisik chairil

Buitenzorg

01 April 2008

Sastra Sebagai Nenek Moyang Kesenian

Bogor, Jurnal Bogor

Minat siswa untuk belajar sastra khususnya sastra Indonesia ternyata kurang menarik perhatian. Keengganan belajar sastra sama artinya menjauhkan siswa dengan olah rasa. Selain itu,
Minat belajar sastra sangat kecil karena tidak ada peluang bagi siswa untuk membuka pengalaman baru. “Pelajaran sastra juga tidak mampu memberi perhatian besar kepada kegiatan mencipta di kalangan siswa,” kata Atang Supriatna S.Sn, dosen sastra Universitas Pakuan kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Menurut Atang, tertutupnya ruang sastra dikalangan siswa membuat sastra lokal atau daerah luntur. “Indonesia puya kekayaan sastra yang melimpah, tergantung dari siapa yang mengolahnya. Jika tak bisa mengolah, maka kekayaan sastra akan hilang,” ungkap alumnus STSI Bandung jurusan karya cipta itu.
Diakui Atang, dengan mempelajari karya sastra daerah atau lokal merupakan bagian dari studia humanistis. Sastra daerah menekankan kepada upaya meluhurkan martabat manusia dan keberadaan istimewa manusia dalam alam semesta.
“Dari sastralah nilai-nilai kemanusiaan diperoleh. Tapi paradigma yang salah telah membuat anak malu untuk belajar sastra,” ucapnya, seraya menegaskan, mereka malu dibilang cengeng dan sok romantis.
Atang menilai, keterbatasan guru untuk menyisihkan waktu membimbing siswa menjadi indikator hilangnya gairah bersastra pada anak. “Sastra sebaiknya diperkenalkan sejak dini, seperti memberi kebebasan pada anak untuk membuat karangan,” paparnya.
Selain itu, lanjut dia, sastra sebagai nenek moyang bagi kesenian serta berbanding lurus dengan kebudayaan menjadi tonggak kejayaan khasanah kesusastraan tanah air. “Peninggalan nenek moyang harus dipertahankan demi keutuhan bangsa ini,” imbuhnya.
Generasi muda sekarang, imbuhnya, nyaris enggan mendalami sastra lokal atau daerah, apalagi mengenal filsafat moral maupun sejarah. Diakui Atang, kebanyakan siswa hanya menghafalkan definisi puisi atau jenis sastra tanpa mau mengekploitasi karya-karya agung.
“Memang ada beberapa sekolah dasar sampai sekolah menengah atas yang melengkapi kekurangan itu lewat ekstrakurikuler. Para siswa diajak mendiskusikan karya sastra dalam kelompok kecil dan diajak memahami nilai kemanusiaan yang diusung,” ungkap koreografer kahot itu.
Terkait dengan belajar sastra sejak dini, diakui Atang, membuat anak punya budi pekerti dan sopan santun pada sesama. “Dengan belajar sastra, anak akan belajar tentang lingkungan dan cara merawatnya,” tegasnya.
“Belajar sastra hanya bagian kecil dari upaya membangun generasi humanis, tetapi perannya dalam dunia pendidikan cukup besar. Tinggal bagaimana itikad para pembuat kebijakan pendidikan,” paparnya.
Fakta bahwa siswa enggan belajar sastra harus disikapi serius. Perlu dicarikan jalan keluar, agar siswa itu belajar sastra. “Beberapa sekolah di Bogor yang rutin mendatangkan para sastrawan, merupakan jalan keluar yang bisa dipilih. Sastra memang patut masuk sekolah. Kita patut prihatin jika generasi muda tumbuh tanpa sifat humanis itu,” imbuhnya.

Banyak Lagu

yang ada hanya lagu regae dari radio butut itu
dan beberapa orang di sini menari bak kesetanan
"ayo ikut nari bang," tanya salah seorang yang terus menggoyangkan badannya meski tak lagi muda

Buitenzorg

Bentuk Wadah Teater

Bogor, Jurnal Bogor

Pada dasarnya, teater merupakan suatu gerak hidup yang punya daya jelajah tinggi pada fenomena yang ada. Kegelisahan dan kegemasan sejumlah pelaku seni itu terlihat dari pertemuan yang melibatkan sejumlah kantung-kantung kesenian, mulai dari teater pelajar, teater umum dan teater kampus.
Sejumlah pekerja seni itu terlibat aktif membahas kegelisahan yang sampai saat ini bergelayut di otak para seniman Bogor itu. “Pertemuan tersebut untuk membahas kerja kreatif kami berikutnya, setelah sempat mengalami degradasi kreatifitas,” kata Cerry K.S, seniman senior kota Bogor kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Kendala kami, kata Abah Cerry, sapaan akrab Cerry K.S, tak hanya masalah tempat yang selama ini terus dikambing hitamkan. “Kalau masalahnya tempat, sejak dulu kantung-kantung kesenian ini pasti bisa melakukan pementasan setahun lebih dari dua kali. Tapi masalahnya adalah tak adanya keseriusan penggarapan,” tuturnya.
Diakui Abah Cerry, kontinuitas sebuah pementasan harus mendapatkan porsi lebih dari pekerja seni. Tak terlepas juga dari masalah idealisme masing-masing kantung kesenian. “Ketika masalahnya idealisme, kami tak sanggup mengumpulkan teman-teman yang peduli dengan teater di Bogor,” papar alumnus IKJ jurusan teater itu.
Menurut Abah Cerry, teater di Bogor membutuhkan satu wadah yang berfungsi sebagai kontroling, baik masalah kerja kreatif sampai masalah intern. “Tapi campur tangan ini hanya sebatas konselor, tanpa adanya intervensi berlebih,” tegasnya.
Sementara itu, Neno Suhartini S.Sn, pengajar seni budaya MAN 2 Bogor mengaku, sebuah keniscayaan kebudayaan dijadikan sebagai pijakan dalam perspektif membangun daerah dengan menengok dentingan semangat para generasi mudanya. “Tapi saya yakin, dengan pertemuan ini, akan tercetus ide untuk melakukan pementasan dengan progres jelas,” tukasnya.
Geliat anak-anak muda Bogor marak dengan berbagai kegiatan kepemudaan, olahraga, seni dan budaya menjadi aktiftas yang tak pernah sepi, wabil khusus geliat dibidang seni budaya khususnya teater.
Cita-cita dan obsesi para pelaku seni budaya Bogor untuk membentuk wadah atau komunitas tak ada hentinya, meski sempat mucul beberapa gagasan, namun di tengah perjalanannya semangat anak-anak muda luntur. “Saya tak sepenuhnya menyalahkan mereka, karena keterbatasan media atau tempat pertunjukan. Tapi yang menjadi ketakutan saya adalah follow up setelah pertemuan ini,” sambungnya.
Klimaks geliat seni budaya khususnya teater di Bogor terlihat dari adanya gelaran, seperti Arisan Teater, yang punya penonton sendiri. “Kegiatan ini memberi media kreatif bagi kelompok pekerja teater baik sekolah, kampus, dan tak menutup kemungkinan teater umum yang sudah punya nama besar,” ungkapnya.
Sekarang, kata Neno, kalau mau jujur, di Bogor banyak menyimpan potensi seni budaya yang dapat digali dan sebagai khasanah cermin budaya Bogor, namun semuanya kembali pada konsistensi seniman dan budayawan selain keseriusan pemerintah kota Bogor untuk mempertahankan ikon-ikon seni budaya yang pernah tumbuh di Bogor.
Kegiatan seni budaya bukan hanya sekedar ceremonial atau life in service semata atau seni hanya digambarkan seperti daun salam, habis dipakai sesudah itu dicampakan begitu saja termasuk para pelaku seni teater atau pertunjukan Bogor yang kurang mendapat perhatian.
Selain itu, lanjut Neno, pekerjaan rumah yang paling besar adalah mendidik penonton teater, jika tak ada upaya ke arah situ niscaya teater menjadi sebuah tontonan yang nikmat ditonton.
Neno berharap banyak pada media yang ada. “Seharusnya media publikasi tersebut bisa menyentuh sampai akar terbawah,” jelasnya, seraya mengatakan, pertemuan ini harus terus dibina dan mendapat perhatian serius, agar cita-cita luhur mampu teraih.