20 Agustus 2007

nabi yang bersahabat dengan batu

aku lelah
aku menengadah
ku lihat cahaya dalam kegelapan

dan seorang dari kaum itu
melemparinya batu
dan berdo'a
"berkatilah ia"

solo,agustus2007

aku dan sebuah batu 1

aku terbaring dalam kerling itu
ketika seorang pemuda melempar batu kearahku
aku diam,
bersembunyi
seraya berkata
"kalau berani lempar batu itu ke kepalaku"

segera setelah itu aku bersemburat lari.

kepada seorang gadis

ada salam saat ini dan esok, yang tertinggal dibibir itu
seorang gadis dengan segudang kepandaian,
tapi kenapa harus dengan kebohongan dia pergi.

tiadakah harga yang pantas untuk sebuah darah?
saat embun tiada menyegarkan bunga
pagi
ini.

solo,agustus2007

dalam pagi aku terbaring

kemarin ibu lupa menyapu sajak
sedangkan ayah lupa menyiram sajak
sehingga pohon imaji itu koyak

debum itu tak menghantam kelam
ketika isak tangis bayi itu minta segelas susu
apakah orangtuanya lupa membelikan susu
padahal kemarin baru menerima segelas anggur
di cafe itu.

masihkah sajak seperti burung gagak?

solo,agustus 2007

04 Agustus 2007

saat harus menyapa malam

tiada lolong serigala malam ini
tiada duka mendekap malam ini
tiada luka berlari malam ini

karena yang ada hanyalah sesal
ketika dalam kubur malaikat enggan bertanya
tetang dosa yang telah ia lakukan...malam ini

jogja,050807

haruskah aku menulis puisi malam ini

selamat datang malam...
ingin ku menyapa sunyimu...
ketika tiada senyap dalam dekap....
harapan enggan tiada hadirkan lengang...
ketika kabut tipis perlahan menghambur kewajahku...
tapi gadis itu bisu menyapa...

jogja,050807

kalau ada entah mungkin ada tidak.

dalam jiwa yang seperti apa aku kembali memulai pengembaraan ini?
mungkin jiwa kanak-ku?
mungkin jiwa remaja-ku?
mungkin jiwa dewasa-ku?
mungkin jiwa tua-ku?
yang kutemukan sekarang adalah entah, dan mungkin hanya entah.
semua bermula dari adanya niat, dan berkembang sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah imaji yang kuat, dan kemudian menjadi hidup,

aku ada karena ada yang mengadaku, dan aku tiada karena tiada yang ingin meniadakanku.
seperti nyanyian para musisi, di panggung itu.
seperti tarian para penari, dipanggung itu.
dan akan tetap seperti itu jika ada yang mengada.

tabik.

dalam kenangan...ada ingatan

kembali aku harus mengingat masa kanak-ku.
kembali aku harus melihat kedalam masa kanak-ku, dimana itu semua adalah awal dari lahirnya diriku, diri yang selama ini harus aku khianati dalam kurun waktu yang entah.
kadang semua harus diawali dengan sebuah kidung dari ibu, lagu yang setiap malam harus aku dengarkan, nina..bobok...oh...nina bobok...kalau...tidak...bobok...digigit...nyamuk. padahal namaku bukan nina dan aku tidak suka tidur terlalu dini, karena aku suka sekali menghitung bintang dilangit yang kadang memberiku cahaya, dan kadang memberiku lelap.
kembali aku harus melihat masa kanak-ku, dimana itu semua bermula ketika seorang anak kecil dan sorang ayah melantunkan lagu tentang kehidupan, serasa aku terhipnotis masuk dalam ruang yang selama ini kusebut imaji.