23 Februari 2009

Penyerahan Diri Dewi Shinta

Di Balik Kisah Penculikan Shinta oleh Rahwana

Epos Ramayana memang pantas menjadi representasi kehidupan. Banyak nilai-nilai agama dan sosial tersaji di sana. Dari serentetan cerita Ramayana (perjalanan Prabu Rama.red), sejenak kita menengok kisah penculikan Dewi Shinta oleh Rahwana (Dasamuka = Sepuluh Muka.red). Apakah benar, Dewi Shinta diculik Rahwana? Ataukah Dewi Shinta yang menyerahkan diri kepada Rahwana?
Dewi Shinta laiknya perempuan masa kini yang tentu saja memiliki nafsu dan keinginan untuk mendapatkan laki-laki sejati. Ego seperti ini wajar ketika Dewi Shinta tak menemukan sosok laki-laki gentle di diri Prabu Rama. Sebaliknya, Dewi Shinta malah menemukannya pada sosok Rahwana, raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka.
Meski banyak orang mengatakan bahwa kisah percintaan Prabu Rama dengan Dewi Shinta adalah perjalanan cinta sejati. Tapi ketika melihat kepada ego Dewi Shinta yang mengharapkan kehadiran laki-laki sejati hal tersebut sangat paradoksal. Bisa dikatakan bahwa kisah penculikan Dewi Shinta sebagai gambaran siapa laki-laki sejati dan siapa yang pengecut.
Banyak kalangan menyebutkan bahwa Shinta diculik Rahwana. Dan sangat sedikit yang mengulas bahwa Shinta bukan diculik tapi dia (Dewi Shinta.red) terpikat dengan sosok Rahwana yang ketampanannya dapat melebihi Prabu Rama. Dari sinilah, mucul pelbagai versi cerita Ramayana. Jika cerita tersebut ditarik pada zaman sekarang, opsi bahwa Dewi Shinta diculik Rahwana gugur. Dan opsi bahwa Dewi Shinta terpikat dengan sosok Rahwana yang dalam hal ini lebih lak-laki dibanding Rama bisa terbukti.
Bukti kuat yang menyebutkan bahwa Prabu Rama kurang menunjukkan diri sebagai laki-laki sejati adalah ketika dia (Prabu Rama.red) memerintahkan Hanoman untuk masuk ke dalam Istana Alengka menjemput istrinya (Dewi Shinta.red). “Hal inilah yang membuat Dewi Shinta kecewa atas sikap Prabu Rama. Karena dia berharap suaminya yang datang dan melihat kondisi istrinya secara langsung,” kata Rutdee C. Hidayat, pelaku seni dan budaya Kota Solo ketika dihubungi Jurnal Bogor, kemarin.
Menurut Rutdee, sikap Dewi Shinta sangat beralasan. Sebab, di tengah ego memiliki pendamping seorang laki-laki sejati, Prabu Rama malah tak bisa menunjukkannya. “Wajar ketika ada versi yang menyatakan bahwa Dewi Shinta tidak diculik, melainkan ikut pergi ke Alengka bersama Rahwana. Sebab, Rahwana lebih laki-laki dibanding Rama,” tegasnya.
Dikatakan Rutdee, adanya pelbagai sudut pandang cerita Ramayana membuktikan kepada kita bahwa sejarah atau mitos sekalipun sangat multitafsir. Artinya, banyak cara untuk menggali informasi untuk memeroleh suatu kebenaran, paling tidak sebagai wacana yang dapat mencerahkan.
“Inilah yang menyebabkan banyak di antara kalangan pedalangan dan penari yang menafsirkan cerita Ramayana. Dan itu bagi saya sah-sah saja. Asal tak menyimpang dari inti cerita yakni, kisah perjalanan Prabu Rama dari pembuangan hingga menjadi raja Ayodhya,” ujarnya.
Dengan demikian, sosok Rahwana adalah manifestasi dari laki-laki sejati yang dengan gagah berani untuk mendapatkan sesuatu yang disukai. Buktinya, Rahwana menyuruh Marica untuk mengelabuhi Rama dan Lakshmana dengan mengubah diri menjadi seekor Kijang berbulu emas yang ternyata memikat hati Shinta.
Dari sini terlihat bagaimana upaya Rahwana mendapatkan sosok Shinta. Ditambah lagi, ide-ide cemerlang Rahwana menembus lingkaran sakti yang dipasang Lakshmana untuk melindungi Shinta dari niat jahat para raksasa.
Rahwana yang datang dengan wujud pengemis tua berusaha mencuri perhatian Shinta yang dia tahu berwatak welas asih. Watak welas asih inilah yang dijadikan Rahwana sebagai momentum mencuri hati Shinta.
Apa yang dilakukan Rahwana tak jauh beda dengan apa yang dilakukan kaum laki-laki zaman sekarang. Jadi, kurang tepat jika dikatakan bahwa Dewi Shinta diculik Rahwana ketika menggunakan paradigma kekinian dan mengacu kepada kebutuhan perempuan. Sekalilagi, Dewi Shinta adalah sosok perempuan yang mendambakan laki-laki sejati.

Dimuat di Jurnal Bogor, Minggu 22 Februari 2009 di Halaman Jendela Halimun

17 Februari 2009

Hujan

kau tekuni katakata
hingga tak kuasa menghindar
lihat,
ada anakanak cinta
memintal kata
hingga tak jadi payung
langit itu

hei, siapa berani mencinta hujan
tanpa payung katakata!!

Buitenzorg

08 Februari 2009

Hujan Kata-Kata

hujan yang menjelma katakata
membawa wangimu ke rumah senjaku
tinggalkan dan tanggalkan almanakmu
karena januari telah berganti

biarkan, darah dan lelah
bersatu dalam deras
nanti pasti lupa,
langitlangit memberi warna pelangi

tidakkah kau tahu
hujan yang menjelma katakata
melompat dalam sajak-ku

Buitenzorg

04 Februari 2009

Pengembara Juga Butuh Peta

di kota baru
ada pengembara baru
dia memburu bulan
di ujung sana

langit-langit mengendap lindap
hujan berburu hujan

di kota baru itu
sang pengambara lupa membawa peta
"tolong beri aku peta" katanya pada bulan

Buitenzorg