akhirnya sampai juga aku di puncak Halimun.
sejauh mata memandang, hamparan hijau, dan langit membentang luas.
aku seperti seekor anak elang, tenang menunggu anak ayam terpisah dari induknya.
awan-awan itu hanya biru, dan angin yang bertiup menambah dingin.
di sana, di puncak Halimun, kabut tipis turun perlahan
aku hanya sempat melipat kalimat jadi puisi,
suatu saat aku akan mengajak gadis matahariku duduk termangu, dan mematuk-matuk puisi, sambil berkata, "lihat, ada anak ayam menakur puisi,"
ketika awan tak sempat melompat dari barisan utama, aku melihat ada sekelompok burung putih milik penyair seberang turut dalam rombongan awan yang terus bergerak ke barat.
aku hanya sempat berkata, "hati-hati, jika bertemu gadis matahariku, tolong sampaikan bahwa aku menunggu di puncak Halimun,"
tapi kenapa di antara ribuan pohon, hanya ada satu pohon kering berdiri hampir tumbang dekat tumpukan batu, apakah pohon kering itu mati? tanyaku sesaat sebelum segerombolan awan turunkan rintikan hujan.
Buitenzorg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar