26 November 2008

9 Pertanyaan untuk SCB, Presiden Penyair Indonesia


jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor

Senin, 24 November 2008, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri (SCB) berkesempatan hadir di acara La Sastra, salah satu acara pesta sastra pelajar yang diadakan SMAN 5 Bogor dengan peserta SMP-SMA se-Jabodetabek. Kedatangan SCB di La Sastra adalah untuk menjadi pembicara. Dalam kesempatan itu pula, SCB membacakan sekitar 10 puisi dihadapan ratusan pelajar dan sejumlah tamu undangan yang kebanyakan dari kalangan seniman Kota Bogor. Setelah SCB selesai sharing dan membacakan beberapa karya puisinya, saya berkesempatan mewawancarai SCB ketika dirinya hendak meninggalkan Kota Bogor. Berikut wawancara Dony P. Herwanto (DPH) dari Jurnal Bogor.

DPH: Menurut Anda, Kredo itu apa?
SCB: Kredo merupakan pernyataan mengenai suatu kepercayaan. Artinya, saya percaya pada apa yang telah saya ucapkan.
DPH: Kredo Anda adalah ‘Bebaskan kata dari maknanya’ apakah bagi Anda, kredo itu dapat dipertahankan hingga kapan-pun?
SCB: Selama aku percaya, maka kredo itu akan terus hidup. Jika tak dapat memertahankan kredo, maka dia (baca: kredo) akan mati begitu saja.
DPH: Apa yang melatar belakangi Anda menggunakan kredo itu?
SCB: Kata itu bukanlah alat penghantar bagi pengertian. Tapi kata adalah kata itu sendiri. Dia punya pengertian atas kata itu sendiri. Jika kata masih membutuhkan pengertian, maka selama itu pula kita tak bisa membebaskan kata dari pengertiannya.
DPH: Apa yang dapat Anda banggakan dari puisi-puisi yang lahir dari proses pembebasan kata dari maknanya?
SCB: Setiap Puisi yang saya cipta punya hak melakukan penafsiran sendiri. Tak seperti kebanyakan puisi saat ini yang masih banyak terbentur dengan masalah makna. Jika penyair masih seperti ini, maka dunia perpuisian Indonesia mandeg.
DPH: Terus apa yang mestinya dilakukan?
SCB: Bukan semestinya.
DPH: Terus bagaimana?
SCB: Biarkan kata hidup untuk kata itu.
DPH: Dari semua puisi yang telah Anda cipta, mana yang paling Anda sukai?
SCB: Tak ada. Karena ketika kita sudah jatuh cinta kepada satu puisi atau beberapa puisi, kita akan terjebak dengan apa yang dinamakan pembelengguan kreativitas.
DPH: Terus?
SCB: Cintailah puisi sebelum dia jadi atau cintai kata sebelum dia jadi kata. Intinya, cintailah sebelum dia jadi.
DPH: Kapan Anda akan berhenti menulis puisi
SCB: Ketika Tuhan mulai malas menuliskan kata untuk manusia.

Buitenzorg

Tidak ada komentar: