27 Desember 2008
15 Desember 2008
Ada Tuhan di Ujung Anak Tangga
yang kemudian dilupakan
di setiap inchinya
ada jejak-jejak sepatu
terpagut
di setiap garisnya
ada sebilah tanya
yang sesiang menunggu resah
dan di ujung tangga itu
Tuhan titipkan harapan
Buitenzorg
13 Desember 2008
09 Desember 2008
Sandyakala
diterbangkan angin
kemudian rekta
seperti juga rembaya
yang dicium ombak
terombang-ambing
di ujung sandyakala
pun seorang barya
basang basanta
di ujung rambutnya
itu cecaya
simpan dan cintai
laiknya danastri
ada elar
ditiup hening
bernyanyi seperti gangsir
Buitenzorg
Puisi Hujan
riak-riak hujan menjelma puisi
di separuh langitku
mengingat pelangi
mengikat puisi
perlahan kabut cemberut
lalu duduk di bangku waktu
sambil menunggu Tuhan selesai warnai pelangi
menjereng kata
menjelma puisi
pada sisa hujan
yang riaknya bagai cauk
Buitenzorg
08 Desember 2008
PEMBUKAAN KONGRES & SIDANG PLENO
09.00–10.00 Registrasi Peserta Lobby Hotel Salak
10.00–10.05 Pembukaan oleh MC
10.05–10.10 Laporan Ketua Pelaksana Kongres Kebudayaan Indonesia 2008, oleh Dirjen NBSF, Bapak Drs. Tjetjep Suparman, M.Si
10.10-10.20 Sambutan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata,Ir. Jero Wacik,SE
10.20-10.35 Sambutan dan Arahan sekaligus Pembukaan Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,Ir.H.Aburizal Bakrie
10.35–11.00 -Pemberian Anugerah Kebudayaan
- Penandatangan MOU antara Menbudpar dengan 7 (tujuh) Perguruan Tinggi Negeri
- Pemberian Bantuan kepada Seniman Berprestasi
11.00–11.30 Rehat Kopi
Press Conference (11.00 – 12.00 )
Nara Sumber: Menko Kesra, Menbupar, Bpk. Mukhlis PaEni/Bu Edi Sedyawati/Bpk.Putu Wijaya Kinanti Room (Lt.2)
SIDANG PLENO I Istana Ballroom
11.30 – 12.00 Penjelasan pelaksanaan Kongres Kebudayaan oleh Ketua Panitia Pengarah, Bapak Dr. Mukhlis PaEni
12.00 – 13.00 Istirahat, Sholat & Makan Siang Fatmawati (Lt.1)Canari CafĂ© (Lt.1)
Binenhoff Restaurant (Lt. 1)
Poolside (Lt.1)
Note:
Pada saat berlangsungnya Kongres Kebudayaan Indonesia 2008, diselenggarakan Pentas Budaya untuk masyarakat di Plaza Balaikota Bogor
SIDANGKELOMPOK 1 ISTANA BALLROOM(Lt.2)“KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEBUDAYAAN”
Moderator: Eka Budianta
Pembicara
13.00 – 13.20 1. Prof. Dr. Mudji Sutrisno
13.20 – 13.40 2. Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji
13.40 – 14.00 3. Al Azhar
14.00 – 14.30 Diskusi /tanya jawab
14.30 – 14.45 Istirahat / Rehat kopi
14.45 – 15.05 4. Dr. Luluk Sumiarso
15.05 – 15.25 5. Dr. Philipus Tulle
15.25 - 15.45 6. Dr. Sutamat Aribowo
15.45 – 16.05 7. Dr. Yudi Latief
16.05 – 16.45 Diskusi /tanya jawab
SIDANG KELOMPOK 2 PAKUAN ROOM (Lt.1)“FILM/SENI MEDIA”
Moderator: Ratna Riantiarno
Pembicara:
13.00 – 13.20 1. Aswendo Atmowiloto
13.20 – 13.40 2. Jajang C. Noer
13.40 – 14.00 3. Johan Tjasmadi
14.00 – 14.30 Diskusi /tanya jawab
14.30 – 14.45 Istirahat / Rehat kopi
14.45 – 15.05 4. Laela S. Chudori
15.05 – 15.25 5. Titie Said
15.25 – 15.55 Diskusi /tanya jawab
SIDANG KELOMPOK 3GALUH ROOM(Lt.1)“SENI RUPA”
Moderator: H. Hardi
Pembicara
13:00 – 13:20 1. Dr. Agus Burhan
13:20 – 13:40 2. Asmudjo Jono Irianto
13:40 – 14:00 3. Oei Hong Djien
14:00 – 14:20 4. Suwarno Wisetrotomo
14:20 – 14:40 5. Dra. Iriatine Karnaya
14:40 – 15:10 Diskusi /tanya jawab
15:10 – 15:25 Istirahat / Rehat kopi
SIDANG KELOMPOK 4 PADJADJARAN 1(Lt.4)“IDENTITAS BUDAYA”
Moderator: Dr. Laretna T. Adishakti
Pembicara
13:00 – 13.20 1. Dr. Mukhlis PaEni
13.20 – 13.40 2. Prof. Dr. Sri Hastanto, S.Kar
13.40 – 14.00 3. Prof. Dr. Ayu Sutarto
14.00 – 14.30 Diskusi /tanya jawab
14.30 – 14.45 Istirahat / Rehat kopi
14.45 – 15.05 4. Dr. Ninuk Kleden
15.05 – 15.25 5. Prof. Dr. Sjafri Sairin
15.25 - 15.45 6. Dr. Stephanus Djuweng
15.45 – 16.05 7. Prof. Dr. Syarif Ibrahim Alqadrie, M.Sc
16.05 – 16.35 Diskusi /tanya jawab
16.30 -19.00 Istirahat
19.00 -21.00 Makan Malam Istana Ballroom
Sumber:Panitia Konggres Kebudayaan Indonesia 2008
KONGRES KEBUDAYAAN INDONESIA 2008
BOGOR, JAWA BARAT: 10 - 12 DESEMBER 2008
“Kebudayaan untuk Kemajuan dan Perdamaian menuju Kesejahteraan”
Selasa,9 Desember 2008 KEDATANGAN WAKTU KEGIATAN KETERANGAN KEDATANGAN& REGISTRASI
09:00 – 18.00 Kedatangan: Peserta,Pembicara,Exhibitor/Peserta Pameran,dan Media
09.00 – 16.00 Registrasi untuk Peserta, Pembicara, media & Exhibitor/Peserta Pameran Set up booth untuk pameran kebudayaan Hotel Salak
19.00 – 21.00 Makan Malam
Kota Bogor mendapatkan kehormatan menggelar hajatan budaya nasional bertajuk "Kebudayaan untuk Kemajuan dan Perdamaian Menuju Kesejahteraan". acara tersebut di gelar di salah satu hotel bersejarah di Kota Bogor, yakni Hotel Salak. di tempat dan di kota inilah, ratusan budayawan dari berbagai daerah berkumpul dan merumuskan satu pandangan mengenai kemajuan kebudayaan dan capaian yang ingin diraih.
semoga para budayawan ini tak salah dalam merumuskan budaya yang nantinya akan dijadikan pegangan bagi generasi penerus, amin.
Buitenzorg
04 Desember 2008
Kita Saling Kejar
anak hujan berlarian di ujung waktu
bersembunyi di balik anak daun
keduanya saling sapa
dan saling kejar
anak hujan ngumpet
di balik pohon besar
anak daun ngintip
di sela hujan
sesaat terdengar auman petir
keduanya mendekap Tuhan
Buitenzorg
28 November 2008
Bayang Bulan Dalam Kolam
jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor
kutemukan bayang bulan dalam kolam
sejumput kemudian hilang
ada anakanak bermain di kolam
dan bertanya
"kakak, dimana bulan yang kemarin?"
"ada di dalam kolam," jawabku
dan anakanak itu terdiam,
sebab bulan yang dicari, hilang
"kok cahayanya nggak ada?" katanya lagi
"coba menyelamlah!" suruhku
tanpa ragu, anakanak itu nyemplung.
tak ada kecipak
dan air susut.
di halaman muka surat kabar tertulis
ada anakanak nyemplung kolam karena mencari cahaya bulan dalam kolam
malamnya, warga desa menggelar zikir
aku pun terlibat dalam zikir itu
tanpa sadar bulan yang kucuri di dalam kolam memuncratkan cahaya
warga yang tahu langsung berteriak
ada pencuri bulan di zikir ini!
aku tersudut
dan cahaya bulan terserabut
zikir berhenti seketika.
Buitenzorg
26 November 2008
9 Pertanyaan untuk SCB, Presiden Penyair Indonesia
jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor
Senin, 24 November 2008, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri (SCB) berkesempatan hadir di acara La Sastra, salah satu acara pesta sastra pelajar yang diadakan SMAN 5 Bogor dengan peserta SMP-SMA se-Jabodetabek. Kedatangan SCB di La Sastra adalah untuk menjadi pembicara. Dalam kesempatan itu pula, SCB membacakan sekitar 10 puisi dihadapan ratusan pelajar dan sejumlah tamu undangan yang kebanyakan dari kalangan seniman Kota Bogor. Setelah SCB selesai sharing dan membacakan beberapa karya puisinya, saya berkesempatan mewawancarai SCB ketika dirinya hendak meninggalkan Kota Bogor. Berikut wawancara Dony P. Herwanto (DPH) dari Jurnal Bogor.
DPH: Menurut Anda, Kredo itu apa?
SCB: Kredo merupakan pernyataan mengenai suatu kepercayaan. Artinya, saya percaya pada apa yang telah saya ucapkan.
DPH: Kredo Anda adalah ‘Bebaskan kata dari maknanya’ apakah bagi Anda, kredo itu dapat dipertahankan hingga kapan-pun?
SCB: Selama aku percaya, maka kredo itu akan terus hidup. Jika tak dapat memertahankan kredo, maka dia (baca: kredo) akan mati begitu saja.
DPH: Apa yang melatar belakangi Anda menggunakan kredo itu?
SCB: Kata itu bukanlah alat penghantar bagi pengertian. Tapi kata adalah kata itu sendiri. Dia punya pengertian atas kata itu sendiri. Jika kata masih membutuhkan pengertian, maka selama itu pula kita tak bisa membebaskan kata dari pengertiannya.
DPH: Apa yang dapat Anda banggakan dari puisi-puisi yang lahir dari proses pembebasan kata dari maknanya?
SCB: Setiap Puisi yang saya cipta punya hak melakukan penafsiran sendiri. Tak seperti kebanyakan puisi saat ini yang masih banyak terbentur dengan masalah makna. Jika penyair masih seperti ini, maka dunia perpuisian Indonesia mandeg.
DPH: Terus apa yang mestinya dilakukan?
SCB: Bukan semestinya.
DPH: Terus bagaimana?
SCB: Biarkan kata hidup untuk kata itu.
DPH: Dari semua puisi yang telah Anda cipta, mana yang paling Anda sukai?
SCB: Tak ada. Karena ketika kita sudah jatuh cinta kepada satu puisi atau beberapa puisi, kita akan terjebak dengan apa yang dinamakan pembelengguan kreativitas.
DPH: Terus?
SCB: Cintailah puisi sebelum dia jadi atau cintai kata sebelum dia jadi kata. Intinya, cintailah sebelum dia jadi.
DPH: Kapan Anda akan berhenti menulis puisi
SCB: Ketika Tuhan mulai malas menuliskan kata untuk manusia.
Buitenzorg
24 November 2008
Adakah Yang Lebih Selain Kau
Raden Adjeng Ayu
kau bilang airmata
tapi kubilang mata air
kau bilang bila
tapi kubilang masih
adakah senja mengirimkan luka
saat duri mawar tergeletak di tepi
adakah yang lebih sunyi dari hati
adakah yang lebih luka dari mata
adakah yang lebih ia dari dia
adakah yang lebih
selain kau!
mawarmawar berserakan di tepi jalan
tapi durinya masih
kunangkunang di lembab malam
tapi pendarnya masih
kupukupu beterbangan ditepian senja
tapi bulunya masih
adakah yang lebih
selain kau!
Buitenzorg
20 November 2008
Dan Seperti Apa Doa
19 November 2008
Selalu Seperti Ini
jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor
selalu seperti ini.
di bawah langit yang sama
di cakrawala yang sama
pun setiap hari
mesin-mesin itu tiada lelah
memainkan perannya
dan waktu dan manusia
terus diburu bandul waktu yang tak pernah lupa berdentum
rentetan itu seperti kereta api yang saling antri di stasiun
berdengus, mengendus
kemudian menunggu peluit penjaga rel sebelum melanjutkan
ke negeri senja
selalu seperti ini.
dalam hujan pun dalam terik
Buitenzorg
17 November 2008
Percakapan Rahasia
sore itu, seorang bocah tergeletak di pinggir sebuah jalan
yang selalu menghubungkan ke senja.
bocah itu terjaketi perih
di dekatnya ada kabel yang terhubung Israil
"kau siap?" tanya utusan Tuhan itu
"Sebentar ya Israil, aku lupa menaruh ponselku. sebab, aku menunggu ibu marah padaku," ucap bocah yang sore itu wajahnya tertilam senja
Buitenzorg
14 November 2008
Hasan Aspahani, Reinkarnasi Sapardi dan Sutardji
SDD yang dikenal lewat kekuatan daya cipta kata dan kesadaran akan realita yang tinggi seakan melekat di setiap goresan tinta dan imaji yang dituangkan HAH. Sajak pembuka yang mengambarkan tentang proses pencarian akan-Nya sama percis dengan bunyi dan gaya bahasa serta penulisan sajak SDD berjudul Aku Ingin. Coba tengok gaya bahasa yang ditampilkan SDD dalam puisi berjudul Aku Ingin:
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
(Sapardi Djoko Damono, Aku Ingin)
Kemudian lihat karya HAH berjudul Malam Membimbingku Menjabat Tanganmu:
Aku ingin belajar pada malam
bagaimana membisikkan suara
yang lebih lirih daripada sepi
: malam mengajariku mengucapkan cinta
lewat mimpi-mimpimu.
(Hasan Aspahani, Malam Membimbingku Menjabat Tanganmu, Lelaki yang Dicintai Bidadari)
Dua sajak itu mencoba mengisahkan tentang usaha atau upaya mencapai kesempurnaan. SDD lebih kepada kesempurnaan cinta dan HAH mengejar kesempurnaan tentang kesunyian. Tapi inti dari pencapaian itu sama, yakni mencari yang sempurna. Meski kedua penyair ini berbeda generasi, namun untuk urusan daya imaji SDD dan HAH patut disejajarkan. Paling tidak untuk kini.
Kekuatan daya cipta HAH berangkat dari kemampuannya membuat komik strip sejak kecil. Ketika membaca beberapa puisi HAH, baik itu di blogspot, antologi puisi Orgasmaya, Telimpuh dan Lelaki yang Dicintai Bidadari seolah kita sedang membaca satu cerita bergambar yang amat menarik.
Buktinya, dalam setiap kata yang dia susun menjadi kalimat tak luput dari kehidupan nyata. Kesadaran HAH akan ruang dan waktu, membantunya mencipta satu karya yang fantastis. Keberanian HAH mengolah kata merupakan hasil reka ulang dari proses membaca karya sastra asing. Artinya, referensi yang diperoleh bukan saja lewat pemaknaan realita melainkan pemaknaan bahasa. Yang dalam hal ini dia dapatkan dari beberapa buku kumpulan puisi karya penyair Amerika dan Eropa, khususnya Spanyol.
Selain ada SDD dalam diri HAH, kredo sang presiden penyair Sutardji Calzoum Bachri (SCB) pun dia bawa dalam tas berisi jutaan kata-kata yang siap ditata apik menjadi satu tumpukan kalimat. ’Bebaskan kata dari maknanya’, satu kredo dari SCB rupanya menguntit di setiap lekuk sajaknya.
Inilah sajak yang dimaksud itu:
AKU mau jadi sebuah huruf,
sebuah konsonan yang hidup,
menyelinap di antara abjadmu.
(HAH, Menyelinap di Antara Abjadmu, Lelaki yang Dicintai Bidadari)
Dari sajak di atas, HAH berhasil melepaskan diri dari makna yang sederhana. Permainan kata dan makna tampak jelas. Anehnya, HAH tak terjebak dengan pola itu. Di negeri ini, tak banyak penyair yang berani mengubah struktur pakem. Meski tampak sederhana, HAH mampu menghadirkan sesuatu yang luar biasa.
Seperti kredo puisi yang diucapkan SCB, demikian bunyinya:
Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.
Rupanya, HAH paham betul akan makna bebas dan kata adalah pengertian itu sendiri. HAH benar-benar unik, dia lahir di zaman yang tepat. Zaman dimana semua orang masih memercayai kata sebagai pengantar.
Meski dia bukan Sapardi Djoko Damono, bukan pula Sutardji Calzoum Bachri, tapi HAH berhasil menghidupkan karakter mereka di alam imaji. HAH dengan bebas memungut setiap kata yang memang sudah lama dia simpan di alam pikirnya, dan ketika kata itu dibutuhkan, maka kapan saja HAH dengan mudah memungutnya, seperti pemulung.
Satu hal yang perlu digaris bawahi, yakni kumpulan puisi Lelaki yang Dicintai Bidadari sangat nikmat dibaca sambil minum kopi di sore hari dan sesekali mendengarkan cericit burung dan desau angin, dan sesekali pula memejamkan mata serta menguatkan indera pendengaran untuk mendengarkan bebisik kata yang disampaikan kata kepada angin yang menjadikannya senja.
Buitenzorg
13 November 2008
Hujan 2
di separuh senjaku
menelisik lewat aortaku
mendedah dalam pagiku
sejak dia menyukai hujan
dan hujan berikan cericiknya
pelangi tak lagi dilihat
hanya derai tawa dan sedikit tangis
di pagi beningku
Buitenzorg
12 November 2008
Di Lewat Malam
jepretan Bayu G. Murti | Jurnal Bogor
lihat pada sang waktu
bandul atau pendulum yang berderak?
di antara barat dan timur
sungguh sama
seperti belahan bulan
ada sisi-sisi yang lupa terkelupas
datang malam pada pagi bening
mengintip lewat celah kebimbangan
malam meninggalkan secarik kertas di meja senja
"aku titipkan mata ini padamu. jaga dia baik-baik"
Buitenzorg
11 November 2008
09 November 2008
Tunggulah Burung Menyulam Rumah
bukit-bukit meringis
rakyat menangis
tanah berubah beton
pohon berubah gedung
mata air berganti airmata
tanah air berganti airmata
tanah bergetar hati bergetar
mata belalak air terkuak
entah bumi yang mana
entah tanah yang mana
semua berubah
seperti musim
sesuka hati
bagai burung kehilangan sangkar
manusia pun kehilangan akal
tak ada yang tahu nasib bukit itu
tak ada yang tahu nasib tanah itu
semua telah berubah
dan tunggulah burung menyulam rumah
Bandung
Diburu Mimpi
ragu berkejaran dengan rindu
di selasar ruang tidurku
ketika mata terpejam
ragu masuk lewat celah mimpi
rindu menerjang lewat imaji
keduanya bertemu di hati
berkata hati kepada ragu
yang terengah-engah meloloskan diri dari mimpi
"hendak kemana engkau ragu"
"aku hendak bertemu mimpi," ucap ragu lirih
"bukankah mimpi telah bersamamu," jawab hati
ragu diam dan duduk di sudut hati
ketika rindu menghampiri, hati berkata
"kenapa kau tersenyum"
"karena aku telah menemukanmu," jawab rindu
"adakah hubungannya denganku?" tanya hati
"karena semua yang aku kejar ada padamu," jelas rindu
dan seketika tersenyum puas menyaksikan ragu tersudut di ruang hati.
Bandung
Pada Bukit
Tuhan sembunyikan rahasia
dan dibalik rahasia
Tuhan sembunyikan keindahan
Bandung
04 November 2008
Dalam Rindu
kemudian tumpukan ragu
dan di bale itu
dulu aku pernah ada,
sama ketika aku datang lagi
perjalanan itu seperti
senja merindu
ketika sua
selesai semua
Bogor-Solo
23 Oktober 2008
Batu Kuya dan Kisah Pajajaran Anyar
ketika pemindahan batu itu terhenti, dua media besar di Bogor, yakni Radar Bogor dan Jurnal Bogor ramai-ramai menggali lebih dalam asal muasal si Kuya. Jurnal Bogor yang lebih dikenal sebagai media yang mengangkat 'Jurnalisme Positif' tertarik untuk mengangkat berita dari sisi mistisnya. Radar Bogor tak mau ketinggalan langkah,
media milik Dahlan Iskan (Jawa Pos grup) ini tertarik untuk mengangkat masalah ada tidaknya sisi peninggalan sejarah.
terbit di hari yang sama, dua media ini seakan menunjukkan keperkasaannya di depan masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor yang ingin mengetahui kelanjutan kasus hilangnya Batu Kuya yang terindikasi ada permainan politik, sebab pengangkutan batu tersebut sangat rapih.
sisi mistik yang diangkat Jurnal Bogor sampai ke ranah prediksi mistis kondisi Ibu Kota. Kasepuhan Kujang Dua Aki Yaman yang berlokasi di Kampung Cipatat Kolot, Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Bogor Barat mengatakan bahwa Keberadaan Batu Kuya itu, merupakan bahasa siloka yang tak semua orang bisa membuka tabir rahasia bahasa ini. “Yang jelas, kepindahan Batu Kuya ke Jakarta itu punya dua makna. Makna pertama, Jakarta sudah tidak lagi dipertahankan sebagai pusat pemerintahan, dan harus dipindahkan ke Bogor, seiring dengan munculnya Pajajaran Anyar. Kedua, Batu Kuya itu memiliki arti berakhirnya para pemimpin yang bermental kuya, setelah timbul Pajajaran Anyar. Sebab, pada saat terjadi Pajajaran Anyar akan melahirkan pemimpin yang lebih berpihak dan membela masyarakat,” kata Aki Yaman.
Bagi warga Kampung Cisusuh, Desa Cileksa Kecamatan Sukajaya, keberadaan Batu Kuya itu layaknya batu alam biasa. Mereka tak pernah mengeramatkan batu yang lokasinya diapit oleh pemukiman dan lahan perkebunan milik warga. Di sekitar lokasi Batu Kuya ini warga suka mencuci barang kebutuhan rumahtangga.
Untuk menuju lokasi asal Batu Kuya itu bisa melalui jalur Jasinga. Dari lokasi Batu Kuya ke jalan Raya Jasinga berjarak sekitar 15 kilometer. Kondisinya agak sedikit datar, walaupun sebagian besar jalan di sana banyak yang rusak, dan berkelok-kelok, serta melintasi kawasan hutan penelitian Harus Bentes.
Bila menggunakan jalur jalan dari arah pusat kantor Kecamatan Sukajaya bisa mencapai 21 kilometer, dengan kondisi jalan rusak berat, dan curam, serta harus melintasi bekas perkebunan cengkih Pasir Madang.
sedangkan Radar Bogor hanya mengangkat berita sebatas ketidakterbuktiannya bahwa Batu Kuya adalah peninggalan sejarah.
dari sini, masyarakat Bogor dibuat resah, sebanarnya berita yang akurat itu yang mana?
fenomena Batu Kuya yang pengangkutannya dari Bogor ke Jakarta mendapat pengawalan empat mobil Patwal itu biarlah diam seperti simbol yang multitafsir.
Buitenzorg
Enam Pertanyaan dan Permintaan Untuk Tuhan
Tuhan,
mengapa kau kirimkan malaikatmu untuk mencuri ontaku
apakah aku telah membuat gaduh istanaMU, hingga kau sembunyikan onta itu
2/
aku sadar Tuhan,
bahwa tubuh ini tak sempat rebah di surau
dan membolak-balik buku agungMU
tapi mengapa dengan cara ini?
3/
apakah onta itu akan kau tukar dengan seekor semut
agar tak berisik istanaMU
agar nyenyak tidurMU
4/
oh...ya
apakah ini ada dalam catatan harianmu Tuhan?
5/
aku punya permintaan Tuhan
sudikah Engkau buka catatan harianMU tentang manusia
untuk aku intip barang sejenak
agar aku tahu
kejadian apa yang akan menimpaku
esok
6/
Tuhan,
jika benar yang kau kirim itu malaikat
bolehkah aku minta alamatnya
agar aku dapat menyapa
dan ucapkan terimakasih
Buitenzorg
21 Oktober 2008
Hujan 1
berkerawang, dan tentu mengisahkan yang di luar
aku juga melihat hujan menyapa daun
sebelum dia jatuh
tapi sayang, tanah keburu mendekap
Buitenzorg
Waiting for Godot
Godot yang tak kunjung datang menjadi simbol betapa janji-janji Cawalkot hanya bualan saja. 600 ribu warga kota Bogor sudah tak sabar melihat kotanya jauh dari kemacetan dan kekotoran. tapi rakyat tetaplah rakyat yang selalu diposisikan sebagai obyek regulasi pemerintah yang barangakali kurang mengerti permasalahan hingga ke akar rumput.
satu pemandangan yang sangat menarik adalah, ketika lima pasangan calon melakukan kampanye simpatik dengan door to door. gambaran ini memberi satu bukti bahwa untuk menjadi seorang pemimpin rakyat harus didekati, tapi ketika sudah duduk di 'kursi panas' enggan melihat penderitaan rakyat.
inilah yang membuat cerita pesta demokrasi masyarakat Kota Bogor sama dengan kisah Vladimir dan Estragon, dua tokoh rekaan Sameul Becket itu. dua tokoh itu sibuk dan bersilang pendapat tentang Godot. akankah Godot datang di saat yang tepat? siapa sebernanya Godot?
Buitenzorg
20 Oktober 2008
Setelah Sumpah itu Terucap
lahap benar dia
aku beranikan diri menyapanya
"kau lapar pram?"
dia terus lahap, sampai benar perut itu buncit
tak juga lupa, aku sempatkan melihat dalam isi tasnya
tak kutemu bumi manusia yang biasa di baca
aku hanya melihat kata "PRIBUMI"
dalam hati resah dengan kata itu
siapa yang dimaksud PRIBUMI
satu tanah air, satu bahasa dan satu bangsa.
Pram tersenyum
lantas berkata, "kau bukan PRIBUMI!"
Buitenzorg
17 Oktober 2008
Perahu Batu
di mana semua ragu akan bertemu.
sejengkal lagi, senja akan tampakkan rautnya
berarti malam hampir tiba
sesudut lagi, kau akan temui diriku
yang di sudut ruang itu, kau juga akan temukan waktu
di atas perahu batu itu aku telah selipkan luka
saat debur ombak
saat tangis sunyi, dan
saat almanak tak kuasa mengelak, kita.
sekali lagi, tinggal selangkah
kau temukan perahu batu
yang kini diombang gelombang, maka tunggulah
di ujung pantai yang pasirnya mulai terkikis
Buitenzorg
16 Oktober 2008
Kisah Pilu
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya. Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata saya,"
Buitenzorg
14 Oktober 2008
12 Oktober 2008
Donat dan Pram
dengan bahasaku, aku
pagi ini matahari terbit, nanti malam lihatlah! dia sudah tidak ada, tunggu maka dia besok muncul lagi...demikian pula bulan, dan bintang, dan begitu pulalah pohon, dan aku, kamu, kita.masa remajaku, menjadikan aku sekarang. setiap keputusan yang pernah kubuat, adalah sejarah dalam buku kehidupan. kadang membuatku senang, kadang membuatku sedih, tapi selalu membuatku belajar dan semakin kuat.aq sekarang, maria wauran, tidak seperti zoro, samurai, bukan juga seperti angin. di balik topeng itu aku, di setiap ayunan pedang itu juga aku, di setiap gerak kaki dan tubuhku, itulah aku. tetap maria wauran, bukan orang lain saat aku berada di atas loper, itulah aku juga yang sebenarnya. kau hanya melihatnya dari sisi diriku yang lain.
Surabaya, 2008 Oktober 9 11:28
07 Oktober 2008
Haiku, Puisi dan Senja
sedangkan di luar masih juga hujan
dan hanya selembar senja yang kupinta,
tak lebih
Buitenzorg
05 Oktober 2008
Sang Juara Dari Balik Topeng
apakah kau lebih hebat dari Zoro?
apakah pedangmu setajam Samurai?
apakah gerakmu selincah Angin?
tajam mata itu mengingatkan aku akan gadis yang pernah singgah di rumah senjaku,
mengais rintik hujan, dan bermain pelangi.
gadis dengan rambut hitam sebahu dan kulit langsat itu kini telah tumbuh menjadi wanita matahari.
wanita yang akan melahirkan banyak anak-anak matahari.
di kokoh tangannya dan di balik topeng itu,
gadis yang ku kenal senang bermain senja itu telah berhasil meraih matahari di saku pedangnya.
jika kau masih berkenan singgah di rumah senjaku
akan aku suguh dengan cericit burung, langit emas, desau angin, batu karang, desir ombak dan sedikit rintik hujan.
karena lewat saungnya, kau dapati senja berganti peran. sudikah singgah barang sesaat di saung rumah senjaku?
dan ketika kelak kau singgah ke rumah, jangan bawa serta pedang dan topeng serta medali yang pernah kau banggakan. karena di rumah itu aku sudah siapkan kotak musik yang dulu pernah kau berikan padaku. ingatkah?
oh ya, lewat jendela rumah yang menghadap laut, kau dapat menyaksikan gemerlap bintang.
aku harap, kau sudi sarungkan pedang dan lepas topeng jika hendak berkunjung. karena aku ingin memagut senja di pelipis matamu.
Maria Wauran, Ambon, 16 Maret 1985, peraih medali emas PON XVII 2008 Samarinda untuk nomor Sabel Putri perorangan dan beregu.
Buitenzorg
19 September 2008
Kata, Sahabat Setia Puisi
lihatlah tubuhku,
kau akan temukan samudra kata
yang tak pernah mengering
jika kau sudah temukan kata
sesekali cobalah menyelam di kedalamannya
kau akan temukan endapan makna
yang mungkin bisa kau unduh jadi puisi
tapi jika kau tak mau menyelaminya
kau tetap menemukan makna
tapi bukan makna dari kata itu
melainkan makna kebodohan
Buitenzorg
18 September 2008
Anjing, Kucing dan Puisi
di setengah senjaku
keduanya saling cakar dan gigit
di antara puisi
kucingku menerkam puisi
anjingku menyalak puisi
keduanya saling pandang
sebelum puisi diterbangkan angin.
kucing dan anjing saling melotot
dan puisi yang diterbangkan angin jatuh di antaranya
Buitenzorg
17 September 2008
Pedang Ampunan
yang sedari tadi aku buka
untuk menyambut senja
malam yang lupa terbenam
membawa surau dalam diriku
Tuhan, aku mohon
turunkan sejuta pedang ampunan
di malam lailatul qadarmu
agar darah nadiku
agar pecah dosaku
agar lumat serapahku
hingga hatiku dapat malam seribu bulan
Buitenzorg
10 September 2008
Sabda Tuhan
demi tanah entah
entah luka, laku entah
demi mata air, airmata
dan demi kurma yang menunggu puasa
siapa berani melawan siapa
saat Tuhan bersabda ENYAH
Buitenzorg
06 September 2008
Masih Sama Semuanya
langit mendung,
sesekali rintik hujan
desau angin
juga cericit burung
Buitenzorg
05 September 2008
Wanita Tua dan Payung Tua
semua sudut kota, sama
semua bangunan yang menjulang, sama
semua orangnya, sama
tapi beda dengan hujannya.
"selamat datang di Kota Hujan. Kota dengan sejuta hujan, dan mungkin hanya hujan yang akan kau temui" begitu kata wanita paruh baya yang saban hari aku temui di sudut gedung tua dengan sebuah payung tuanya (mungkin usia payungnya sama dengan usia wanita itu)
Buitenzorg
28 Agustus 2008
Oleh-oleh Setelah Liburan
ketika dikasih waktu untuk berlibur, aku dan sejumlah teman-teman kantor main paint ball di salah satu perumahan elit di Bogor.
dengan seragam loreng, senapan angin dan mask, aku laiknya seorang tim penyelamat
ternyata memang harus diakui, bahwa asal daerah menentukan segalanya. hehehehe (bukan maksud SARA) tapi jujur, sebanyak dua kali permainan, saya orang pertama dalam tim yang selalu kena tembak dulu.
dasar katroxs, heheheheh
tapi aku berjanji (kayak anggota pramuka aja) ketika ada waktu liburan lagi, dan teman-teman memilih bermain tembak-tembakan dengan cat air lagi, saya harus jadi orang yang membawa kemenangan. hehehe
Buitenzorg
Terusik Kuis HAH
HAH begitu mahir bermain dengan imajinasi, sehingga eksistensi Tuhan mulai disuik. entah ada maksud apa, HAH mencoba mengajak para blogger di negeri ini memainkan imajinasinya (bagiku itu sangat menarik).
penyair Batam yang telah menerbitkan dua buku ini, seakan-akan memaksa alam bawah sadar kita untuk melampaui alam sadar. Tuhan digambarkan berwujud, dengan kondisi seperti manusia, punya perasaan, punya lelah dan punya rumah. padahal dalam salah satu hadist sahih, dikatakan bahwa Tuhan begitu dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dengan urat leher sekalipun.
HAH begitu jeli, sehingga dalam hal ini, imajinasi kita diajak untuk memikirkan dan membayangkan bahwa kita dan Tuhan punya hubungan yang spesial. artinya, Tuhan dan manusia adalah sama (dalam hal ini mengenai eksistensinya di alam).
kemahiran HAH memainkan imajinasi itu, membuat saya tertarik untuk mengikuti sayembara yang dia buat. begini kalimatnya. "apa yang akan kamu lakukan jika Tuhan menyuruhmu menjaga kantornya sehari saja," (itu garis besarnya).
sejenak kita berfikir bahwa Tuhan bisa juga meninggalkan singgasananya. cobaan untuk menghidupkan imajinasi ini muncul, ketika ada satu kalimat 'Tuhan akan pergi' jujur, saya sebagai manusia yang dalam proses pencarian eksistensi Tuhan ingin mencari tahu, kenapa Tuhan dapat pergi dari singgasananya.
kuis dari HAH itu saya terima sebagai proses pencarian dan proses kreativitas. sebab ada orang yang bilang dengan bermimpi kamu ada. dua kuis yang HAH sajikan seakan membuka satu pokok bahasan baru bahwa Tuhan pun bisa diimajinasikan.
atau barangkali, HAH sudah kehabisan kata untuk dirangkai menjadi susunan kalimat yang indah, tanpa meninggalkan estetika? hanya HAH yang tahu.
Buitenzorg
21 Agustus 2008
Dari Jeda, Dari Luka
seperti kamus yang saban hari tergeletak di depan cermin
tak seperti bandul waktu yang selalu menjadi penanda.
aku juga menginginkanmu,
laiknya rindu
di sela-sela pintu waktu yang diburu
semua pasti menginginkanmu
dari jeda, dari luka
dari batu, dari rindu
dari debu, dari lagu
dan pasti semua tak menginginkanmu
seperti lava yang tersemburat ke angkasa
hanya api dan tangis.
tapi aku memenginginkanmu, dan tak menginginkanmu
Buitenzorg
18 Agustus 2008
Bolehkah Aku Mengintip Surga di Ujung Neraka
haruskah menundukku diiringi airmata?
maaf Tuhan, jika sejenak aku tak mampir di pekarangan surga
sebab, aku merasa tas kehidupanku belum penuh terisi
Tuhan, bolehkah aku mengintip surga di ujung neraka?
karena aku lupa menyimpan kunci surga yang telah Engkau berikan
ketika aku masih dalam perut ibu
Buitenzorg
Cerita Lalu
selalu bermain dengan gerimis
ingatkah engkau, tentang waktu dan kita?
Buitenzorg
07 Agustus 2008
06 Agustus 2008
04 Agustus 2008
03 Agustus 2008
30 Juli 2008
Saya Melihat Seakan Tak Ada Apa-apa di Matahari (Soneta 130)
bagai karang yang lebih merah dari bibir wanita.
ketika salju berwarna putih, mengapa dada ini menagih?
sedangkan nanah tumbuh subur di kepala.
tetapi tak seindah yang terlukis di pipi manis seorang gadis
dan saya lebih senang ketika mencium aroma rembulan di
berbeda dengan nafas nyonya besar, yang selalu busuk
oleh karena itu, saya mencintainya dan mendengarkan apa yang dia bicarakan.
lebih baik, saya mengenakan topi serta mendendangkan lagu-lagu cinta
sebab, itu lebih sunyi dan memuaskan.
dan tak sekalipun saya melihat bidadari pergi darinya
saya berfikir, cinta itu hadir apa adanya, tanpa bisa diperbandingkan.
28 Juli 2008
Aku Bukan Milikmu
By: Sara Teasdale
aku bukan milikmu, hilang karenamu.
aku tak hilang, walaupun tak pernah ada.
hilang bagai lilin yang menyala di tengah hari
hilang bagai kepingan salju di laut.
kamu mencintaiku, dan aku menemukan-mu masih indah,
seperti roh yang mampu mengeluarkan pendar-pendar cahaya.
keberadaanku, lindap terlalu lama
bagai pijar hilang di antara cahaya.
oh… terlalu tinggi aku mencintaimu
menaruh dalam-dalam lubuk hatiku
yang menjadikanku tuli dan buta
menyapu prahara dari cinta-mu
meruncing di angin kesibukan.
26 Juli 2008
Senja di Sebelas Tahun Pernikahan
telah aku bentangkan senja
di hamparan rumahmu
di mana ada sudut yang memagut rindu
pernah kau berkata, singgahlah!
dengan mesra dan sedikit gelengan kepala, aku jawab
'aku tak mau singgah, sebelum rumahku ada taman yang langsung menghadap cakrawala'
dengan dua malaikat kecil
dan seorang wanita pencatat setiap gerak lakumu
lengkap sudah semuanya.
kini, kau hanya punya satu tugas
menyelesaikan sajak terindah tanpa kau darah,
Buitenzorg
23 Juli 2008
Mimpi
banyak sekali mimpi yang saya lakukan di atas peraduan,
di mana ada perjumpaan dengan malaikat yang mulai kehilangan jalannya,
serta nyanyian-nyanyian di atas rumput.
susah, kebuasan, sedih, kegelapan, kekacauan dan lebih banyak lagi percikan kekusutan,
semua telah menjadi pecahan.
saya mendengar apa yang dia katakan:
“Oh anak-anak, saya melakukan apa yang mereka teriakkan, mendengar apa yang mereka keluhkan tentang orangtua mereka,” sekarang, mereka menerawang satu negeri asing, sekarang mereka menangis untuk saya, sekembalinya dari perpisahan.
saya meneteskan airmata karena merasa kasihan. tetapi saya melihat badai besar mendekati mereka dan bertanya, penjaga malam, apa yang kau ratapi?,
kepulan asap dan sebait cahaya mengandaskan mimpinya, saat kumbang pergi dari hadapannya. Sekarang dia mengikuti derumannya yang menyisakan sedikit pengembaraan
“ini rumahmu pengembara malam,”
ini karya William Blake yang berjudul asli A dream, dan dengan lancang serta penuh kenekatan, saya mencoba mengalih bahasakannya dalam bahasa Indonesia. meski saya akui kemampuan berbahasa Inggris saya masih kacau balau. semoga ini menjadi satu awal bagi saya untuk terus belajar menguasai Bahasa Inggris.Buitenzorg
21 Juli 2008
Halimun
satu guratan sajak, luka
teramat luka, perih
dan itu mungkin bagian dari, sunyi
halimun mulai berembun, pagi
dan aku tetap lupa, rindu
Buitenzorg
20 Juli 2008
Anak-Anak Waktu
ada anak-anak debu berlarian bersama anak senja
mereka berebutan, saling kejar dan menangkap anak kupu-kupu
anak kupu-kupu masih terlalu lincah untuk ditangkap anak debu dan anak senja
anak kupu-kupu bersembunyi di balik daun jati
anak debu mencari di sela-sela angin, tak ketemu
anak senja menelusup di antara cakrawala, lindap
di antara daun jati itu, anak kupu-kupu bertemu anak jati
yang telah sekian waktu hanya berdiam.
"aku juga ingin bercanda seperti kalian,"
Buitenzorg
14 Juli 2008
Mampukah Sajakku Menapak Sajakmu
: HAH
1/
kau terus menapak sajak tanpa berlagak seperti gagak yang gagal berkoak
2/
malam itu, kau selipkan kalimat dalam saku imajiku
"yang penting cara ucap"
dan setelah itu, hanya Rolling Stones
3/
aku yang lupa membawa celanadalammu
terus berayun, antara burung dan ragu
katamu, puisi tak mati
katamu, puisi itu suci
lewat kata kau selipkan makna
lewat sapa, kau ajarkan bicara
"Semoga setelah ini, sajakmu mampu mewakili bibirmu,"
{Bogor, malam hari. ketika aku (kiri) dan Hasan Aspahani (kanan) mendiskusikan eksistensi atas sajak}
Buitenzorg
Puisiku Lapar
dia meraung, dia menggaung
di antara kata, di antara harta
dia lapar dan benar-benar lapar
tolong beri dia secuil kata
biar disusun menjadi barisan kalimat
beri juga dia bir
biar mabuk di antara bibir
puisiku lapar
dia mencari, dia menari
di antara titian tali, di antara dua hati
puisiku terus lapar
dia amat lapar
dan mungkin terus lapar
Buitenzorg
12 Juli 2008
Lebih Baik Dulu
sebab, di gugusan paling ujung
rambutnya tak lagi tergerai
Buitenzorg
08 Juli 2008
Daun-pun Berguguran
mengantarkan rindu di sebait langit
purnama di tengah lengah
lupa mengabarkan pagi
sore itu,
ada awan merah mengarah marah
di ujung mata
ada gagak putih hendak menegak tegak
dan kau lupa
ada secebis luka di antara titian pagi
Buitenzorg
07 Juli 2008
Di Taman Surga
mencium bibir waktu
ada seorang bocah bermain di taman surga
dia terus bermain dengan riangnya, sayang
ketika hari mulai malam
ada malaikat langit berkata
"surga ini mau tutup, pulanglah, besok kembali lagi"
kemudian malaikat langit memberikan setangkai bunga
bocah itu pergi sambil berkata
"besok, bolehkah aku ke surga dengan teman dan keluargaku"
Buitenzorg
Kupu-Kupu Emas
seperti kupu-kupu emas bermain dengan putik bunga emas
sayang, ada angin genit memburu kupu-kupu emas itu
ada kepak-kepak rindu
yang lupa berkehendak
kupu-kupu emas itu bertanya kepada sang penyair
"kau lihat sehelai bulu emasku yang diterbangkan angin?"
sambil terus berputar-putar di alam imajinasi, sang penyair-pun menjawab
"Tadi ada putik bunga emas yang jatuh di atas puisiku,"
kupu-kupu emas tersenyum,
lalu pergi dengan kepakan yang terhalus
sambil berkata
"jika kau lihat ada sehelai bulu emasku, tolong simpan dan rawatlah. suatu saat akan ada kupu-kupu emas meminta sehelai bulu emas itu padamu"
Buitenzorg
06 Juli 2008
Hai?
ku lihat lelaki muda
gontai di antara malam.
lalu, malu-malu menyapaku
HAI!
kemudian terdengar derak
suara bambu-bambu di tengah kota
malu-malu, lalu bertanya padaku
APA KABAR?
sinar bulan lindap
terdengar kepak kunang-kunang
lalu, malu-malu bertanya padaku
OH YA?
kepak-kepak kunang pun
hanya ilusi
dan wanita yang sedari tadi duduk di sebelahnya mengajak-ku
MARI DUDUK SINI,
lelaki muda itu tersenyum padaku
sambil menawarkan segelas bir
"Kau tampak lelah, mari minum bersama"
Buitenzorg
Terjebak
seperti angsa putih yang terbang ke barat
lalu singgah di suatu tempat
Buitenzorg
Sayang Ada Serangga Lain
aku belum sempat sebutkan namaku.
di tepian waktu
ada kupu-kupu emas
berkejaran bersama angin
putik daun melambai-lambai hendak menyapa kupu-kupu emas
sayang ada serangga lain yang jahat pada putik bunga,
diseruput itu sari bunga, dan ditinggalkan begitu saja, sayang
dan mungkin hanya sayang.
kupu-kupu emas kembali terbang di tepian waktu
berkejaran bersama angin.
Buitenzorg
01 Juli 2008
Haiku, Bulan, Rindu
seperti itu juga rindu
semua berbisik
"kau seperti katak melompat dalam kolam kemudian terdengar kecipak"
Buitenzorg
30 Juni 2008
Lewat Apa
kau sendiri seperti kabut tipis yang menghilangkan semua
di antara bayangan, kau selalu tak seperti bayangan
karena kau benar-benar ada
lewat apa aku harus mencintaimu?
lewat sekeranjang bunga
atau sejuta kata cinta?
karena bunga, sebagai tanda cinta
dan cinta sebagai tanda bunga.
oleh sebab itu,
bolehkah aku lewat nadi untuk mengenalmu
Buitenzorg
28 Juni 2008
Kau Selalu Mulai
dengan satu kata yang mulai menelusup
ke jiwa ke raga
kau selalu mulai pertemuan ini dengan mulut terkatup
dengan hati berdegup
detik satu samadengan detik rindu
kau selalu mulai pembicaraan ini dengan kalimat tanya
dengan sekian kata dan sekian makna
pagi yang bening? itu pertanyaanmu
Buitenzorg
23 Juni 2008
Layang-Layang atau Bendera
itulah gambaran cerita yang coba saya angkat dalam pementasan pantomime di Gedung Kemuning Gading, saat Festival Film Dokumenter. ide cerita diambil saat rasa nasionalisme ini dipertanyakan. masihkah anak-anak atau generasi penerus menghargai makna upacara bendera atau lebih menghargai satu layang-layang yang ketika didapat entah bisa kembali melayang-layang di angkasa.
Buitenzorg
21 Juni 2008
Nikmatilah Isi Rumahku, Sayang
tapi kau jangan heran ketika di dalam rumahku tak ada kursi dan meja di ruang tamu, sebab aku ingin melihatkan kesederhanaan dan kebersahajaan. maaf jika kau tak biasa duduk di bawah. di keempat dinding rumahku, terpasang juga empat lukisan abstrak. ketika kau sudah lelah duduk di bawah, segelas teh hangat manis segera datang. sayang, aku sendiri yang mengantarkan teh itu. maklum belum ada satupun wanita yang mau dengan orang sepertiku.
setelah kau habiskan segelas teh manis itu, aku akan antarkan kau masuk lebih dalam lagi, di mana ada ruang yang memisahkan ruang tamu dengan ruang tengah. ruang itu kecil, tapi selalu ada dua buah kursi untuk berdiskusi tentang apapun, biasanya, aku sering habiskan waktu di sana, sambil melihat pergantian sore ke malam hari. tak inginkah kau coba?
maaf jika aku tak sempat mengajakmu keliling taman belakang rumahku, sebab aku harus pergi sebentar untuk melihat bulan penuh malam ini.
Buitenzorg
19 Juni 2008
Lelaki Tegap dengan Sejuta Kata di Celanadalamnya
disaat yang lain sibuk memilih kata
kau malah asik bermain dengan kata
celanadalam kau jadikan kata
hujan kau jadikan kata
kabut kau jadikan kata
kata kau jadikan kata
tak ada kata yang lepas
tak ada makna yang culas
semua kau tangkap, lalu kau masukkan dalam celanadalammu
Buitenzorg
18 Juni 2008
Rindu Pada-MU
Dan Tuhan juga punya cita-cita untuk umatNya
Buitenzorg
15 Juni 2008
Menjemput Senja, Tanpa Bebayang
bebayang itu, rindu
aku juga berbayang
ada senja di tepian pantai yang memisahkan aku dengan rindu
apakah matahari ingin sejenak bernafas?
sebab, sebentar lagi,
malam
dan kemudian aku menggulung kail,
sebab sore itu tak satupun ikan
nyangkut di kailku,
hanya rindu, haiku.
apakah bebayang itu kau
gadis matahariku,
lihat ada dua bebayang di sana
yang satu aku dan satunya lagi matahari
Buitenzorg
14 Juni 2008
Ijinkan Aku
gadis matahariku,
dalam lelap, biarkan aku hinggap
dalam dekap, biarkan aku tangkap
dalam luap, biarkan aku ungkap
ijinkan aku mengejarmu
Buitenzorg
Api, Air, Udara, Tanah dan Cinta
apa itu api?
nyala yang memanas
atau panas yang menyala
tentang air
apa itu air?
cairan yang mengalir
atau aliran yang mencair
tentang udara
apa itu udara?
sesuatu yang tak berbentuk
atau bentuk yang tak memiliki sesuatu
tentang tanah
apa itu tanah?
tempat kita berpijak
atau pijakan yang menempati kita
tentang cinta
apa itu cinta?
rasa yang mendahului karsa
atau karsa yang dirasa
Buitenzorg
13 Juni 2008
Pertanyaan 1
dia bertanya padaku tentang kesetiaan
dan aku jawab
kesetiaan laiknya bumi mengitari matahari
bocah lima tahun itu senyum, lalu pergi dengan boneka kumalnya
Buitenzorg
12 Juni 2008
Darimana Datangnya Mereka
dari mata turun ke hati
darimana datangnya rindu
dari jarak turun ke hati
darimana datangnya luka
dari hati turun ke rasa
darimana datangnya rasa
dari ujung turun ke dalam
darimana datangnya dalam
dari cinta...lalu berhenti ke cinta
Buitenzorg
08 Juni 2008
Di Mana Kau Sembunyikan Hatiku?
kemarin, ketika senja hendak pergi
aku taruh hatiku di atas tumpukan batu di sudut taman itu
"hatimu mungkin terbang dibawa angin,"
"hatimu barangkali pergi bersama mimpi,"
"hatimu kelihatannya bersembunyi di balik dinding,"
harus berapa kalikah aku mendengar kalimat-kalimat itu?
aku hanya bertanya pada kalian
di mana hatiku berada?
Buitenzorg
07 Juni 2008
Salju
di mana letak putih dan dinginnya?
mata tak pernah salah melihat salju
putih dan dingin akhirnya jatuh juga ke bumi
apakah semua berada di atas?
(salju tak pernah bohong tentang putih dan dingin)
pada sekian siang, malam, pagi
salju tetap putih dan dingin,
tapi malam tak membuat putih dan dinginnnya berubah
tapi mata kitalah yang berubah
(salju tak pernah bohong tentang dirinya, hanya mata kita)
Buitenzorg
06 Juni 2008
Seperti Kemarin
dan kemarinnya lagi
sunyi
tak ada suara jengkerik
tak ada rintik hujan
tak ada lagu Padi
tak ada pesta kecil
tak ada gadis matahari
tak ada senja
dan tak ada luka
dan biarkan semua seperti kemarin
dan kemarinnya lagi
sunyi...biarlah sunyi
tapi jangan kau temani sunyiku
Buitenzorg
Sial
ketika mendapati ibunya hilang di antara gerombolan masa yang kocar-kacir, siang itu
bahkan sekelompok manusia mengatasnamakan Tuhan, berjubah putih, dan hanya mata yang diperlihatkan, sempat mengejar ibu bocah tujuh tahun itu,
sang bocah tambah menangis
ketika ibunya tertangkap sekelompok manusia berjubah putih
tak lupa mereka bertanya, "apakah kau muslim?"
ibu bocah tujuh tahun itu tak sempat menjawab, sesaat setelah sebuah tongkat bertuliskan asma Allah menghantam mukanya.
bocah tujuh tahun itu kian menangis, seolah tangisnya memberi tanda bahwa dia kehilangan ibunya.
jutaan manusia yang lalu-lalang di depan bocah tujuh tahun itu seakan tak mendengar tangisnya.
dan tangisnya kian memekakkan telinga di saat ribuan manusia berjubah yang tak lupa meneriakkan Allahu Akbar mengejar manusia yang lain.
bocah tujuh tahun itu hanya sempat membawa lari boneka kumalnya itu bersembunyi di balik rerimbunan pohon di tengah IbuKota dan berharap sang ibu datang membawa segelas ice cream.
Buitenzorg
29 Mei 2008
Dan Akhirnya
sejauh mata memandang, hamparan hijau, dan langit membentang luas.
aku seperti seekor anak elang, tenang menunggu anak ayam terpisah dari induknya.
awan-awan itu hanya biru, dan angin yang bertiup menambah dingin.
di sana, di puncak Halimun, kabut tipis turun perlahan
aku hanya sempat melipat kalimat jadi puisi,
suatu saat aku akan mengajak gadis matahariku duduk termangu, dan mematuk-matuk puisi, sambil berkata, "lihat, ada anak ayam menakur puisi,"
ketika awan tak sempat melompat dari barisan utama, aku melihat ada sekelompok burung putih milik penyair seberang turut dalam rombongan awan yang terus bergerak ke barat.
aku hanya sempat berkata, "hati-hati, jika bertemu gadis matahariku, tolong sampaikan bahwa aku menunggu di puncak Halimun,"
tapi kenapa di antara ribuan pohon, hanya ada satu pohon kering berdiri hampir tumbang dekat tumpukan batu, apakah pohon kering itu mati? tanyaku sesaat sebelum segerombolan awan turunkan rintikan hujan.
Buitenzorg
28 Mei 2008
Pohon Itu
dengan sabar dia menunggu satu persatu daun-daun berguguran.
tak lupa, Tuhan pun kirimkan rindu
sesaat adzan magrib berkumandang
dan gadis matahariku tetap tenang,
seolah dia yakin, bahwa aku akan datang hari itu
maaf, aku lupa katakan bahwa di kotaku
hujan turun amat deras
hingga alis mataku layu.
Buitenzorg
Seharusnya
tentang ilusi yang bergelayutan diambang rindu
sebab mata belum benar terbuka
kini telah hadir sekian matahari dalam sekian pagi beningku
tak cukup satu, bahkan ratusan matahari mencoba mengusik-ku
seharusnya, kau mengingatkan aku tentang kesetiaan,
yang kini telah lindap bersama sekian cahaya
seharusnya, kau mengingatkan aku tentang cinta,
tentang harapan yang tak putus
Buitenzorg
25 Mei 2008
Sekedar Berkabar
kembali saya diberi kesempatan oleh teman-teman seniman Bogor untuk membacakan satu puisi dalam acara Puncak Kebangkitan Sastra, yang digelar di Gedung Kemuning Gading ,Bogor.
seperti biasa, saya datang sendiri. bermaksud untuk meliput satu aktivitas langka di Bogor, berkaitan dengan seabad kebangkitan nasional. dalam acara ini turut hadir redaktur oase budaya Jurnal Nasional Arie MP. Tamba, PDS-HB. Jassin Endo Senggono dan dosen fakultas sastra, Universitas Pakuan Bogor Drs. Dadan Suwarna. yang kebetulan dalam acara tersebut, juga digelar
event seminar sastra dan diskusi interaktif dengan mengangkat tema Bangkit Sastra Indonesia, Bangkit Pendidikan Kita. satu kehormatan bagi saya dapat membacakan satu puisi yang amat menghentak.
tapi dalam hati berkata, ironi, ketika sastra mencoba dihadirkan dalam wilayah publik atau umum, respon masyarakat terhadap sastra amatlah minim, entah salah siapa (saya tak ingin menyalahkan) yang penting bagi saya, sastra itu cantik, seperti gadis matahariku ketika ia sibuk mencari tempat pesta kecil yang aku buat.
saya ucapkan terimakasih buat teman-teman komunitas teater Bogor, Kata Sapu, Komunitas Sastra Jalanan dan Ikatan Penyanyi Jalanan, tanpa kalian, barangkali panggung itu tak bisa aku injak.
Buitenzorg
19 Mei 2008
Aku Pernah Bermimpi
tapi warnanya hijau,
tapi guru keseniannku waktu SD dulu selalu melarang dan berkata
bahwa langit itu warnanya biru, dan setelah itu aku disuruh berdiri di depan kelas, hingga jam pelajaran selesai.
dan aku semakin yakin, jika langit punya warna sendiri selain biru, karena biru hanya pembawaan,
seperti kita.
Buitenzorg
Peta, Laki-laki Bertato dan Ibu Muda
di ujung gang itu, ada belokan ke kanan
ada rumah berwarna merah, dengan pagar bercat putih dan di depan rumah ada pohon mangga
yang tak lupa menggantungkan buahnya ke pinggir jalan.
tapi itu bukan tempat pesta kecilku,
di sebelah rumah itu, ada satu jalan setapak di sebelah kirinya, masuklah, tapi jangan berisik.
sebab banyak anak kecil yang sedang menyusu pada tetek sang ibu,
setiap kamu berjumpa dengan ibu-ibu muda itu, sapalah ia, siapa tahu ia akan bercerita tentang cinta.
tak lupa, biasanya ada tiga laki-laki berewok dengan tato macan di lengan kanan dan tato cacing di lengan kiri agak ke bawah. tapi tiga orang itu tak seperti yang kau kira, mereka amat baik, dan lewat merekalah kau akan menemukan tempat pesta kecilku.
mereka dengan senang hati akan mengantarmu sampai tempat tujuan.
jika kau melihat ada kepulan asap dan bau daging terbakar, belok dan masuklah. barangkali itu tempat pesta yang aku siapkan.
tapi di tempat pesta kecilku tak ada bunga atau bir yang biasa kau minum dan sebungkus rokok kesukaanmu, tapi aku yakin, kau selalu tak lupa membawa tas ransel hitam yang didalamnya berisi sebotol bir, sebungkus rokok dan selembar kertas kosong. aku yakin itu
oleh sebab itu, aku hanya siapkan lilin, meja kosong, tempat panggang dan dua gelas kosong yang rindu air.
jika tak salah, dalam tas ransel hitammu itu, kau selalu membawa peta, sekedar untuk penunjuk jalan. aku hanya mengingatkan padamu gadis matahariku, jika dalam waktu dua kali duapuluh empat jam kau tak juga menemukan tempat pesta kecilku, buka peta dan tampar ketiga laki-laki bertato itu,
Buitenzorg
17 Mei 2008
Kepada Penyair Seberang
aku ucapkan selamat pada tangisan pertamamu, teman
maaf jika tak sempat membuatkan pesta dan secuil kue kesukaanmu
tapi kopi arang di stasiun Tugu sudah cukup bagiku mengenalmu, tapi sayang burung putih
yang terbang tengah malam itu lupa memungut satu bintang untuk ku bagikan padamu
tapi tak apa, teman-teman yang lain bersama-sama meniup lilin di kamar sambil berdoa
"semoga kau lekas diberi momongan,"
oh ya, lewat tengah malam nanti, aku kirimkan satu ucapan selamat
agar kau baca saat di taman bersama gadis pujaan.
tapi aku lupa memberi judul yang tepat,
maaf jika tak sempat meniup lilin saat menipisnya usiamu.
Buitenzorg
Aku Mencarimu
dan aku hanya diam di sudut ruangan, sambil terus memain-mainkan kata untuk kususun jadi selembar puisi.
lalau tak lupa sekelebat luka menghampiri telingaku dan tertawa, kemudian berbisik "cepat kau jemput dia, kalau tak sekarang kapan lagi,".
dan kembali aku hanya diam sambil terus memutar-mutar kata. di tempat lain ada angin yang mencoba mengusik heningku, seraya berkata "itu adalah wanita mataharimu, cepat tangkap sinarnya sebelum menyentuh tanah,"
dan aku hanya memberi kerdipku.
di tempat terpisah, gadis matahariku terdiam dengan sebuah buku yang sudah satu tahun belum tuntas dibaca. dan lewat nadi aku berdoa, semoga wanita matahariku cepat kembali.
dan kamar ini kembali sunyi, seperti semula.
Buitenzorg
15 Mei 2008
GadisMatahari
aku lupa di mana kau simpan celana dan jaket kumalku
sebab, ibu sudah menunggu di rumah, untuk menjahit celana dan mencuci jaketku
Buitenzorg
04 Mei 2008
Gadis, Rindu, Luka
tak ada luka menganga
seloroh ingin dan cinta
menyatu dalam se-iya se-kata
aku luka dan laku
kau siapa?
Buitenzorg
03 Mei 2008
Salju Rindu Anjani
Dia selalu pergi, dan berteriak "enyah" setelah itu hanya jejak sepatumu yang aku pungut dari tanah. Dan setelah itu aku simpan di dalam tas mainanku.
Ketika umurku menginjak menginjak 20 tahun, jejak sepatumu masih aku simpan, tak ada cacat atau retak sedikitpun, yang ada malah wajahmu muncul di sela-sela rindu
Benarkah kau Salju Rindu Anjani yang aku kenal dulu, seorang wanita dengan segelas bir dan sebatang rokok. S.R Anjani, begitu banyak orang mengenalmu, dan hanya aku yang beruntung, pernah singgah dalam cerita-cerita yang kau buat.
Buitenzorg
01 Mei 2008
Emas, Bocah, Luka
riak air terdengar lamat
dan angin manja mengelus muka
terlihat awan berderak
ada seorang bocah tujuh tahun
memukul tanah
ada cahaya keluar dari dalam tanah
"ah barangkali itu emas yang ayah ibu cari," ujarnya
setelah kedua tangan berdarah, cahaya itu belum juga hilang
tinggal cucuran keringat yang membasahi luka di tangannya.
"ah barangkali benar kata ayah dan ibu tentang emas yang tak mungkin ketemu itu," ucapnya lirih
Buitenzorg
29 April 2008
berkabar lewat SMS
Dani Fuadillah
27 April 2008-21.50
piano dihati dijemari...tuan ini laki-laki
nadanya di nadi
hati jangan mati
Dony P. Herwanto
27 April 2008-21.55
nada dihati bernyanyi sunyi
siapa bilang laki-laki tak punya hati
bukankah tuan seorang penyair
aku tak sanggup selesaikan ini lagu tuan
Dani Fuadillah
27 April 2008-22.00
tak perlu selesai itu lagu
ada banyak syair di langit meski tak biru
aku percaya itu lagu rindu
Dony P. Herwanto
27 April 2008-22.05
tuan seorang penyair, tentu pandai membuat puisi rindu
maukah tuan ajari aku membuat puisi dihati dan dijemari?
Dani Fuadillah
27 April 2008-22.06
rindu, puisi, penyair
yang mengajari juga hati dan jemari
dan aku menari
Dony P. Herwanto
27 April 2008-22.10
maukah tuan ajari aku menari di atas puisi
sebab aku hanya menari di antara puisi
..dan setelah ini aku mati
Dani Fuadillah
27 April 2008-22.14
menari, puisi dan bermimpi
kata orang hidup sekali setelah itu mati
aku tak mau bermimpi mati
hanya menikmati
Dony P. Herwanto
27 April 2008-22.20
mimpi dan mati itu suci
apalagi bermimpi untuk mati suci
tuan ini hebat, mampu mengukir puisi di atas mimpi
Dani Fuadillah
27 April 2008-22.25
suci hanya Tuhan miliki
aku hanya menapaki
menjadi manusia sejati
berjalan mendekati
semoga diperkenankan ini do'a suci
Wa Allahi
Buitenzorg-Solo
chairil 28
aku tinggalkan puisi ini untukmu
kenang-kenanglah aku
dari Karawang hingga Bekasi
sebab aku adalah binatang jalang dari kumpulan yang terbuang
esok pasti kita berjumpa
di tempat dan suasana yang sama
entah di surga atau neraka atau di antara keduanya
jangan kau teteskan airmata
jangan kau taburi bunga makamku
sebab percuma kau lakukan itu semua
toh aku hanya seorang bohemian
yang selalu berkata "aku ingin hidup seribu tahun lagi"
Buitenzorg
27 April 2008
chairil 27
aku telah siapkan kain putih, bunga mawar, melati dan daun pandan.
tak lupa aku selipkan satu puisi untuk kalian baca nanti
tapi aku lupa memberi judul yang tepat
oh ya, aku sertakan juga bintang, bulan, matahari, kicau burung, nyanyian jengkerik
aku titipkan satu rindu ini untuk mu
nanti ketika kalian memperingati hari ku
kalian akan membutuhkannya
besok adalah waktu yang tepat untuk meninggalkan semua cerita ini
"aku lelah, aku melihat ada malaikat sedang turun ke bumi, apa dia menjemputku?" ucap chairil
Buitenzorg
chairil 26
sejuta rindu tak ragu
sejuta luka tak menganga
kau pergi
dengan sejuta puisi
Buitenzorg
chairil 25
seorang bocah kecil memungutnya satu persatu
angin berhembus lirih
rambut kumalnya berderai
di sudut taman ini
seorang lelaki kurus menulis puisi
dengan penuh air mata ia pergi
dan bocah kecil itu menemukan selembar kertas
yang di dalamnya ada satu kalimat
"aku ingin pergi ke bulan, kamu mau ikut tidak?"
Buitenzorg
23 April 2008
chairil 23
untuk seorang sahabat
dengan kembang api, lagu Padi, dan seuntai hati
tak lupa aku akan buatkan dia sebuah puisi cinta
maaf, aku tak ada di rumah
karena kesibukanku mencari tempat yang pas
untuk pesta temanku itu
"jangan ikut," bentak chairil
Buitenzorg
21 April 2008
chairil 21
di pojok ruangan chairil diam
dan tetap menulis puisi
"tujuh hari lagi aku akan menyusulmu," ucap chairil pada bayangan Kartini
Buitenzorg
20 April 2008
chairil 20
dia berdiri
nyalakan sebatang rokok
...dan tidur berbantal puisi
bermimpi untuk hidup seribu tahun lagi
Buitenzorg
19 April 2008
chairil 19
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
di ujung lop pistol itu satu nyawa tertawa
"ayo segera tembak kalau berani," ucap nyawa pada lop pistol
di tempat lain, Horta tertembak
"itu bukti kalau aku berani," tegasnya.
Buitenzorg
chairil 18
ada seorang gadis menangis
dan chairil terus mengiris, memilin puisi
dan gadis itu masih menangis
"apa yang kau tangiskan gadis?" bisik chairil setelah selesai menulis puisi
chairil 17
sesaat setelah senja mengantarkan cahayanya
"bukankah pintunya menghadap ke barat!," ucapmu
Buitenzorg
16 April 2008
chairil 16
membuat pelupaan akan penyair ini tak tertahankan
pergi kau dari pikiranku. dan tinggalkan secebis puisi di cangkirku
Buitenzorg
15 April 2008
14 April 2008
13 April 2008
chairil 13
sebab, bertepatan dengan angka sial
aku tak percaya jika ingin dibaca
Buitenzorg
chairil 12
dan gadis itu pun kembali tidur
"ah lebih baik aku juga ikut kalian"
Buitenzorg
11 April 2008
Seperti Mimpi 1
lelaki yang sekarang berani berkata AKU PASTI BISA, kini tersenyum lepas
saat kakinya menginjak rumput terbaik negeri ini
aku akan terus bermimpi, karena bermimpi itu tak ada yang melarang
"beruntunglah kita yang masih punya mimpi," kata seorang teman
Buitenzorg
chairil 10
untuk mengingatmu
tapi di luar sana
namamu terus dipuja.
"lebih baik kau diam, dan tidur tenang," ucap chairil, kemudian menghisap rokoknya
Buitenzorg
09 April 2008
chairil 9
padahal dulu aku tak mengagumimu
aku kagum sajak "Aku"
Dan aku akan lebih tidak perduli
Buitenzorg
chairil 8
tapi kenapa kau mati muda
apa kau tak rindu mirat mudamu?
"aku jelas rindu, dan rindu dengan jelas," ujar chairil
Buitenzorg
07 April 2008
Sampai juga Aku
akhirnya sampai juga aku di Ibukota
setelah sekian lama hanya lewat mimpi
akhirnya sampai juga aku menginjakkan
kakiku di rumput Gelora Senayan Bung Karno
tampaknya dua gedung itu tertawa padaku
"wah ada orang desa nyasar di kota besar ini"
ujar satu gedung pada gedung yang lain.
foto by Safrina Ayu Trisnawati
chairil 7
satu angka penuh misteri itu
aku sematkan padamu
di hari ke tujuh menjelang kematianmu
aku masih punya 21 hari lagi
untuk mengagungkan kepenyairanmu
Buitenzorg
chairil 6
dengan segudang rindu
langit tak biru
dengan sejuta resah
darah lupa mendedah
kau selalu bawakan aku sebatang rokok
yang tak mungkin ku hisap
maaf.
Buitenzorg
05 April 2008
chairil 5
tak seorangkan merayu
sampai saat ini waktuku habis
untuk merayu seorang gadis
habis gadis
gadis habis
aku entah
Buitenzorg
chairil 4
dalam peluk
dalam suluk
apa kau terlalu asik masyuk dengan Jassin?
"tak itu yang ada dalam otak-ku, yang ada adalah bagaimana 70 sajak-ku dikenang," tukas chairil
Buitenzorg
03 April 2008
chairil 3
tanpa hidup berarti kita tak pernah kalah
jika kita kalah, berarti kita tak pernah hidup
"aku lupa menulis, seharusnya hidup juga menunda kemenangan," bisik chairil
Buitenzorg
01 April 2008
Sastra Sebagai Nenek Moyang Kesenian
Minat siswa untuk belajar sastra khususnya sastra Indonesia ternyata kurang menarik perhatian. Keengganan belajar sastra sama artinya menjauhkan siswa dengan olah rasa. Selain itu,
Minat belajar sastra sangat kecil karena tidak ada peluang bagi siswa untuk membuka pengalaman baru. “Pelajaran sastra juga tidak mampu memberi perhatian besar kepada kegiatan mencipta di kalangan siswa,” kata Atang Supriatna S.Sn, dosen sastra Universitas Pakuan kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Menurut Atang, tertutupnya ruang sastra dikalangan siswa membuat sastra lokal atau daerah luntur. “Indonesia puya kekayaan sastra yang melimpah, tergantung dari siapa yang mengolahnya. Jika tak bisa mengolah, maka kekayaan sastra akan hilang,” ungkap alumnus STSI Bandung jurusan karya cipta itu.
Diakui Atang, dengan mempelajari karya sastra daerah atau lokal merupakan bagian dari studia humanistis. Sastra daerah menekankan kepada upaya meluhurkan martabat manusia dan keberadaan istimewa manusia dalam alam semesta.
“Dari sastralah nilai-nilai kemanusiaan diperoleh. Tapi paradigma yang salah telah membuat anak malu untuk belajar sastra,” ucapnya, seraya menegaskan, mereka malu dibilang cengeng dan sok romantis.
Atang menilai, keterbatasan guru untuk menyisihkan waktu membimbing siswa menjadi indikator hilangnya gairah bersastra pada anak. “Sastra sebaiknya diperkenalkan sejak dini, seperti memberi kebebasan pada anak untuk membuat karangan,” paparnya.
Selain itu, lanjut dia, sastra sebagai nenek moyang bagi kesenian serta berbanding lurus dengan kebudayaan menjadi tonggak kejayaan khasanah kesusastraan tanah air. “Peninggalan nenek moyang harus dipertahankan demi keutuhan bangsa ini,” imbuhnya.
Generasi muda sekarang, imbuhnya, nyaris enggan mendalami sastra lokal atau daerah, apalagi mengenal filsafat moral maupun sejarah. Diakui Atang, kebanyakan siswa hanya menghafalkan definisi puisi atau jenis sastra tanpa mau mengekploitasi karya-karya agung.
“Memang ada beberapa sekolah dasar sampai sekolah menengah atas yang melengkapi kekurangan itu lewat ekstrakurikuler. Para siswa diajak mendiskusikan karya sastra dalam kelompok kecil dan diajak memahami nilai kemanusiaan yang diusung,” ungkap koreografer kahot itu.
Terkait dengan belajar sastra sejak dini, diakui Atang, membuat anak punya budi pekerti dan sopan santun pada sesama. “Dengan belajar sastra, anak akan belajar tentang lingkungan dan cara merawatnya,” tegasnya.
“Belajar sastra hanya bagian kecil dari upaya membangun generasi humanis, tetapi perannya dalam dunia pendidikan cukup besar. Tinggal bagaimana itikad para pembuat kebijakan pendidikan,” paparnya.
Fakta bahwa siswa enggan belajar sastra harus disikapi serius. Perlu dicarikan jalan keluar, agar siswa itu belajar sastra. “Beberapa sekolah di Bogor yang rutin mendatangkan para sastrawan, merupakan jalan keluar yang bisa dipilih. Sastra memang patut masuk sekolah. Kita patut prihatin jika generasi muda tumbuh tanpa sifat humanis itu,” imbuhnya.
Banyak Lagu
dan beberapa orang di sini menari bak kesetanan
"ayo ikut nari bang," tanya salah seorang yang terus menggoyangkan badannya meski tak lagi muda
Buitenzorg
Bentuk Wadah Teater
Sejumlah pekerja seni itu terlibat aktif membahas kegelisahan yang sampai saat ini bergelayut di otak para seniman
Kendala kami, kata Abah Cerry, sapaan akrab Cerry K.S, tak hanya masalah tempat yang selama ini terus dikambing hitamkan. “Kalau masalahnya tempat, sejak dulu kantung-kantung kesenian ini pasti bisa melakukan pementasan setahun lebih dari dua kali. Tapi masalahnya adalah tak adanya keseriusan penggarapan,” tuturnya.
Diakui Abah Cerry, kontinuitas sebuah pementasan harus mendapatkan porsi lebih dari pekerja seni. Tak terlepas juga dari masalah idealisme masing-masing kantung kesenian. “Ketika masalahnya idealisme, kami tak sanggup mengumpulkan teman-teman yang peduli dengan teater di
Menurut Abah Cerry, teater di
Sementara itu, Neno Suhartini S.Sn, pengajar seni budaya MAN 2 Bogor mengaku, sebuah keniscayaan kebudayaan dijadikan sebagai pijakan dalam perspektif membangun daerah dengan menengok dentingan semangat para generasi mudanya. “Tapi saya yakin, dengan pertemuan ini, akan tercetus ide untuk melakukan pementasan dengan progres jelas,” tukasnya.
Geliat anak-anak muda
Cita-cita dan obsesi para pelaku seni budaya
Klimaks geliat seni budaya khususnya teater di
Sekarang, kata Neno, kalau mau jujur, di Bogor banyak menyimpan potensi seni budaya yang dapat digali dan sebagai khasanah cermin budaya Bogor, namun semuanya kembali pada konsistensi seniman dan budayawan selain keseriusan pemerintah kota Bogor untuk mempertahankan ikon-ikon seni budaya yang pernah tumbuh di Bogor.
Kegiatan seni budaya bukan hanya sekedar ceremonial atau life in service semata atau seni hanya digambarkan seperti daun salam, habis dipakai sesudah itu dicampakan begitu saja termasuk para pelaku seni teater atau pertunjukan
Selain itu, lanjut Neno, pekerjaan rumah yang paling besar adalah mendidik penonton teater, jika tak ada upaya ke arah situ niscaya teater menjadi sebuah tontonan yang nikmat ditonton.
Neno berharap banyak pada media yang ada. “Seharusnya media publikasi tersebut bisa menyentuh sampai akar terbawah,” jelasnya, seraya mengatakan, pertemuan ini harus terus dibina dan mendapat perhatian serius, agar cita-cita luhur mampu teraih.