Pekan depan, Senin-Selasa (9-10/8), sastra Bogor akan bergoyang. Kenapa? Karena, pada tanggal tersebut, Kota Bogor – khususnya di Universitas Pakuan Bogor – akan digelar hajatan besar bertajuk Festival Sastra Bogor 2010. Puluhan sastrawan dan kritikus sastra, seperti Taufik Ismail, Maman S. Mahayana, Ahmadun Yosi Herfanda, Soni Farid Maulana, Jajang C. Noer, Hanna Fransiska, Dharmadi, Khrisna Pabichara dan Cunong N. Suraja bakal hadir dan memeriahkan acara persembahan ruang 8 Jurnal Bogor, Wahana Telisik Seni dan Sastra (WTS) dan Fakultas Sastra Unpak.
Acara tersebut akan diisi dengan diskusi dan apresiasi. Untuk diskusi, tema yang diusung adalah memetakan sastra Bogor di tengah-tengah dominasi dua kanon sastra, Jakarta dan Bandung. Di hari pertama, diskusi akan membahas seputar perkembangan sastra di kampus dan sekolah. Harapan diskusi tersebut untuk mencari tahu sejauhmana pengajaran sastra di kampus sastra dan sekolah-sekolah di Bogor. Pembicara untuk mengulas masalah tersebut adalah, Jafar Fakhrurozi, guru Bahasa Indonesia SMA Dwiwarna, Parung, Kabupaten Bogor dan Fatkurrahman Abdul Karim, salah seorang penggerak sastra di kampus IPB.
Diharapkan, kedua pembicara tersebut mampu membongkar tabir hitam di dunia pendidikan, khususnya di Bogor. Mengapa? Karena, hingga sekarang, Bogor belum mampu melahirkan sastrawan atau kritikus sastra yang kuat dan cukup disegani di jagat sastra Indonesia (sejenak kita lupakan nama besar Maman S. Mahayana dan Cunong N. Suraja). Semoga, dua pembicara yang bisa dibilang masih muda tersebut mampu melakukan penelisikan sehingga menemukan satu formula memajukan iklim bersastra di Bogor. Di hari pertama ini juga, akan menghadirkan beberapa pelajar dan mahasiswa untuk tampil dihadapan peserta Festival Sastra Bogor 2010. Hari pertama akan dimulai pada pukul 14.00 wib.
Di hari kedua – yang akan dimulai pukul 09.00 wib akan menghadirkan tiga pembicara yang saat ini cukup diperhitungkan di jagat sastra Indonesia, Maman S. Mahayan, Cunong N. Suraja dan Khrisna Pabichara. Ketiganya akan membahas sejarah dan perkembangan sastra di Bogor. Ini akan menarik. Sebab, peserta Festival Sastra Bogor 2010 akan mendapatkan banyak wawasan seputar sejarah sastra di Bogor yang selama ini – bagi sebagian besar generasi muda – kehilangan tempat di kalangan sebagian generasi muda Bogor.
Usai diskusi, peserta akan dimanjakan dengan launching novel Memed Gunawan, salah seorang mantan pegawai Departemen Pertanian yang kini tinggal dan menetap di Bogor. dan pembedahnya adalah, Taufik Ismail dan Ahmadun Yosi Herfanda. Tampil untuk memeriahkan acara, pembacaan fragmen novel Memed oleh Susy Ayu, dan Asrizal Nur. Di akhir acara, peserta akan dimanjakan dengan pembacaan puisi oleh sejumlah penyair, sebut saja Khrisna Pabichara, Handoko F. Zainsam, Fatkurrahman Abdul Karim, Kurniawan Junaedhi, Hanna Fransiska, Jamal D. Rahman, Dharmadi dan penampilan sejumlah penyair Bogor dari pelbagai komunitas.
Jadi, mari ikut bergoyang dan menjadi saksi kebangkitan sastra di Bogor. Yuuuukkkk Maaaaaang….Digoyang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar