01 Oktober 2010

Antologi Cerpen dan Sebuah Novel

Buku cerita 9 Dari Nadira, karya Leila S Chudori dikatakan Maman S. Mahayana sebagai antologi cerpen dan sekaligus sebagai novel. Mengapa demikian? Karena, struktur atau kerangka kerja yang digunakan Leila, mendekati konsep cerpen dan novel. “Ini buku antologi cerpen sekaligus sebuah novel,” kata Maman dihadapan ratusan peserta Bedah Buku Sastra yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa (Hima) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksastrasia) FKIP Bahasa Indonesia, Universitas Pakuan (Unpak), di Ruang Serbaguna FKIP, kemarin.

Cerita yang dibangun, kata Maman – kritikus sastra yang baru saja pulang dari Korea – lekat dengan konsep novel. Fragmen-fragmen yang ada saling kait mengait. Seperti sebuah novel bukan? Nah, itulah yang menyebabkan Maman berstatmen seperti itu. Dan apa yang dikerjakan Leila melalui bukunya ini merupakan pembaruan di ranah sastra Indonesia, khususnya cerpen dan novel.

Tentu, Maman tak main-main akan hal ini. Dan sebagai seorang kritikus sastra, Maman harus berani mempertanggungjawabkannya dihadapan publik tentang statmennya tersebut. Dengan kata lain, kebaruan yang coba diusung Leila S. Chudori memang original. “9 Dari Nadira ini buku cerita yang luar biasa. Fragmennya seperti mata rantai. Itu sebabnya, saya berani katakana, ini antologi cerpen dan juga sebuah novel,” tegas Maman.

Meski Maman berkata seperti itu, Leila S. Chudori yang duduk sebagai pembicara menolak jika buku 9 Dari Nadira dikatakan sebagai antologi cerpen dan juga sebuah novel. “Saya tetap menyebut buku ini sebuah cerita. Itu sebabnya, saya tidak menuliskan di sampul buku sebagai antologi cerpen atau novel,” ujar Leila.

Kendati demikian, Leila tetap membuka diri ketika Maman menyebut bukunya sebagai antologi cerpen yang novel dan sebuah novel yang juga antologi cerpen. “Saya tak ingin mengelompokkan karya ke dalam pembagian-pembagian tertentu. Sebagai penulis, tugas saya ya, menulis. Dan pengelompokan itu adalah tugas kritikus sastra,” katanya.

Sementara itu, penyair dan esais, Jakarta Handoko F. Zainsam, menolak jika buku 9 Dari Nadira adalah pembaruan. Menurutnya, jauh sebelum Leila meluncurkan karyanya, sastra Indonesia telah memiliki cerita bersambung (cerbung). Dan Handoko menyebut buku Leila tersebut sebagai cerita bersambung. Bukan antologi cerpen yang juga sebuah novel, begitu sebaliknya.

Selain membedah buku Leila S. Chudori, buku antologi puisi penyair perempuan pendatang baru, Susy Ayu berjudul Rahim Kata-kata juga dibedah. Dosen Perbandingan Budaya FKIP Bahasa Inggris Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Cunong N. Suraja dan esais serta penyair, Jakarta Handoko F. Zainsam berkesempatan membedah buku tersebut.

Tidak ada komentar: