karya sastra yang lahir dari kedalaman rasa, akan selalu menghadirkan nilai yang besar. bahwa sebuah eksistensi atau sebuah proses akan menjadi sangat berarti kalau kita bisa dan mampu menempatkan posisi.
tak ada keberanian yang nihil untuk sebuah proses. semua harus di dasari oleh niat dan konsep serta tema yang jelas.
sah-sah saja jika kita ingin dikenal oleh kyalayak ramai
tapi akan menjadi tidak sah jika kita mengorbankan estetika nilai, sebab kita akan menemukan kekosongan pola pikir. dan kita akan menjadi seperti mimpi, dia hanya akan menjadi dunia rekaan bukan lagi dunia yang kita tempati.
sastra itu indah dan ikhlas seperti yang di katakan oleh GOTHE ketika mendengar putranya meninggal dunia:
aku tahu bahwa aku sedang menjadi calon ayah dari orang yang dapat mati.
seperti itu juga sastra. ia hadir ketika kita berada sangat jauh dengan kesadaran, jika kita tak bisa menangkap apa maknanya kita akan menjadi semacam haiku:
katak melompat dalam sajak
dan terdengar kecipak.
begitu juga dengan keberadaan sastra ditengah-tengah pergolakan antara harus dan keharusan
sastra bukan seperti kitab suci, coba tengok karya Hasan Aspahani tentang celanadalam. penyair ini berkata tentang celanadalam yang saban hari kita pakai tapi kita tidak menyadarinya bahwa ada dialog bahkan mungkin terjadi prolog.
celanadalam dianggap suci oleh penyair Batam ini.
dan ada satu pertanyaan untuk kalian
sucikah diri kita dihadapan sastra, yang kadang menghadirkan kebohongan.
bogor, 231107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar