02 Januari 2011

Taman Budaya Bogor?

Oleh: Dony P. Herwanto

Wacana pembangunan Taman Budaya di Kota Bogor masih relevan diperbincangkan. Kenapa? Sebab – ini rahasia umum – seniman kota ini, yang tergabung dalam Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B) turut mengantarkan Diani Budiarto menduduki – lagi – jabatan Walikota Bogor untuk periode kedua. Dan tak sedikit seniman Kota Bogor mencoblos gambar Diani kala pemilihan kepala daerah 2009 silam.

Permintaan mereka – seniman-seniman itu – tak lain dan tak bukan adalah adanya ruang apresiasi. Artinya – jika Diani mau menjabarkan maksudnya – seniman Kota Bogor, dari disiplin apapun meminta dibangunkan gedung yang khusus menampung kreativitasnya, semacam Taman Budaya. Gedung Kemuning Gading yang selalu diusulkan untuk dijadikan tempat pertunjukan, belum mampu menjawab kebutuhan seniman Kota Bogor.

Dan untuk melegalkan Gedung Kemuning Gading, pemerintah membuatkan kantor – entah siapa yang meminta dibuatkan – DK3B itu. Secara simbolik, jika kantor DK3B ada di Kemuning Gading, itu berarti gedung yang berada di kompleks perkantoran Pemerintah Kota Bogor itu sekaligus ‘bisa’ dijadikan atau disebut ‘Taman Budaya’. Sungguh aneh jika berfikir demikian. Dan itu nyata terjadi di kota yang hingga sekarang belum memiliki gedung kesenian yang representative.

Saya ilustrasikan Taman Budaya Bali: Sebuah patung Kumbakarna berukuran tinggi sekitar lima meter, hasil sentuhan tangan terampil seniman I Wayan Nyungkal asal Desa Tegallalang, Kabupaten Gianyar, menjadi salah satu hiasan halaman Taman Budaya Bali. Kehadiran patung Kumbakarna tersebut sekaligus menjadikan Taman Budaya Bali sebagai sebuah percontohan bagaimana sebaiknya sebuah taman budaya dibangun yang sesuai dengan impian para seniman.

Taman Budaya Bali berlokasi di jantung Kota Denpasar, dibangun di atas lahan seluas 6,5 hektar. Pelbagai bentuk kesenian rutin ditampilkan di sana. Tak ayal, tiap akhir pekan, masyarakat Bali maupun wisatawan kerap kali berbondong-bondong memadati area Taman Budaya tersebut. Akses menuju Taman Budaya Bali pun terbilang mudah.

Lantas, bagaimana dengan Kota Bogor? Apakah pemerintah Kota Bogor sudi membangun Taman Budaya Bogor sebagai salah satu wujud kepedulian terhadap pelestarian kesenian dan kebudayaan? Jika mau, lantas siapa atau lembaga apa atau dinas apa yang akan mendapatkan proyek pembangunan Taman Budaya Bogor tersebut?

Jika amanah itu diberikan kepada DK3B, sudah mampukah lembaga kesenian Kota Bogor itu mengelolanya? Sanggupkah, lembaga yang dipimpin Sambas Bratasondjaja itu membangun Taman Budaya Bogor yang bercirikan seni budaya setempat?

Jika diberikan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, siapkah mencarikan lahan sekitar 6,5 hektar, seperti yang ada di Bali? Siapkah menerima kritik atas pengelolaan dananya? Sebab, ini proyek yang menguntungkan. Tak cukup ratusan juta membangun Taman Budaya Bogor, lengkap dengan fasilitas dan pelbagai ornament yang mencirikan seni budaya setempat.

Kepemimpinan Diani sebagai Walikota Bogor memang tinggal dua tahun lagi. Artinya, masih banyak waktu bagi seniman-seniman Kota Bogor mendesak Pemerintah Kota Bogor memenuhi janjinya, membangun ruang apresiasi, Taman Budaya Bogor.

Jika elit kekuasaan kota ini peka, posisi Kota Bogor sangat menguntungkan. Dengan makin ruwetnya Jakarta, Kota Bogor mampu menjadi magnet bagi wisatawan. Wisata kuliner dan wisata belanja sudah tak diragukan lagi. Kota Bogor menjadi salah satu kota tujuan orang-orang Jakarta untuk berakhir pekan.

Kondisi Jakarta yang sudah macet, sumpek memungkinkan Bogor menjadi peralihan dari berbagai kegiatan seni di Indonesia. Seperti yang diimpikan para seniman Kota Bogor. Taman Budaya itu kelak bisa menjadi pusat kesenian di Indonesia. Ini bukan mimpi, tapi melihat peluang yang ada.

Terlepas dari itu semua, jika Taman Budaya Bogor berdiri, harus sejak dini dipikirkan tentang pengelolaan Taman Budaya tersebut. Bangunan itu tidak akan ada artinya jika tidak dikelola oleh tangan yang kreatif dan minat yang tinggi dalam pembangunan budaya dan kreativitas di Bogor.

Pemerintah harus berani keluar dari mainstream, menunjuk orang-orang yang betul -betul ahli agar Taman Budaya Bogor nantinya fungsional dan harapan seniman agar taman budaya ini menjadi pusat budaya terwujud. Jika tidak, Taman Budaya Bogor akan menjadi sarang ‘penjahat’ yang mengganggu masyarakat dan seniman itu sendiri. Begitu.

3 komentar:

Usup Supriyadi mengatakan...

Wah, kiranya semoga hal demikian itu terlaksana. Dan seperti akang katakan, harus benar pengelolaannya. Jangan sampai malah jadi benalu. Salam

Tany mengatakan...

Menarik ini rencana pembangunan taman budaya di kota bogor ini.

Erina Rahmajati mengatakan...

Hemmmmm, kemana perginya penghuni kamar ini?!